Rabu 31 Mar 2021 22:58 WIB

Psikolog: Milenial Harus Kritis Agar Terhindar Paham Radikal

Milenial diharap berani membuka diri terhadap semua perbedaan dalam kehidupan.

Aksi radikalisme (ilustrasi)
Foto: indianmuslimobserver.com
Aksi radikalisme (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog Nirmala Ika Kusumaningrum mengatakan, generasi milenial harus lebih kritis menyikapi setiap isi agar bisa terhindar dari kelompok radikal. Menurutnya, salah satu cara menghindari terpapar paham radikalisme adalah dengan berani membuka diri terhadap semua perbedaan dalam kehidupan.

"Berpikir kritis akan membantu anak-anak muda bisa terhindar atau minimal akan mempertanyakan aliran-aliran yang radikal," katanya.

Baca Juga

Nirmala memaknai kritis adalah kemampuan untuk terbuka, menganalisis, mendengarkan, mengendapkan, menggali, termasuk menyarikan informasi dari berbagai sumber terkait hal-hal yang ada di sekitar mereka. Menurut dia, salah satu cara menghindari kelompok radikal adalah dengan berani membuka diri terhadap semua perbedaan dalam kehidupan. Mulai dari perbedaan suku, budaya, agama, keyakinan, selera, sampai gaya hidup sekali pun.

"Karena ketika kita mulai melihat bahwa saya lebih atau paling benar daripada dia atau mereka, perlahan bibit radikal mulai terbentuk," ujarnya.

Ia pun tak sependapat jika disebut milenial lebih mudah terjebak gerakan radikal. Sedangkan pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati berpendapat kebanyakan milenial masih mencari jati diri dan mengikuti arah pihak yang paling berpengaruh. 

Menurut wanita yang akrab disapa Mba Nuning ini, sangat sedikit dari usia milenial memiliki karakter yang kuat, sehingga mudah dipengaruhi hal-hal yang melawan negara. 

"Pola rekrutmen (teroris) saat ini berkembang menjadi lebih terbuka menggunakan ruang publik seperti sekolah kampus, perkumpulan agama, dan lain-lain," tuturnya secara terpisah.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement