Rabu 31 Mar 2021 14:49 WIB

Panglima: Kemenangan Azerbaijan Lawan Armenia Berkat Drone

Hadi meminta TNI AU menjadikan perang di Nagorno Karabakh sebagai pelajaran berharga.

Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Marsekal Hadi Tjahjanto.
Foto: Dok Puspen TNI
Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Marsekal Hadi Tjahjanto.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyebut, air power atau kekuatan udara menjadi penentu kemenangan dalam hampir setiap konflik modern di dunia. Dalam sejarah peperangan modern menunjukkan bahwa kekuatan udara menjadi game changer di medan pertempuran.

Hadi menyinggung Perang Dunia II yang menjadi catatan sejarah lengkap bagi kebangkitan kekuatan udara sebagai senjata mematikan baru dalam pertempuran. "Kita masih ingat bagaimana Armada Pasifik Amerika Serikat di Pearl Harbour dilumpuhkan oleh skuadron pesawat pengebom dan pesawat tempur Jepang yang diluncurkan dari kapal induk," kata Hadi saat menjadi keynote speech seminar yang diadakan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara (Seskoau), Bandung, Jawa Barat, Rabu (31/3).

Menurut Hadi, nilai strategis kekuatan udara mencapai puncaknya saat terjadi konflik antara Azerbaijan dan Armenia di Nagorno Karabakh patut dijadikan lesson learned. Dia menyebut, kemenangan Azerbaijan karena keunggulan kekuatan udara berkat armada drone.

"Kemenangan Azerbaijan atas Armenia telah membuka mata dunia terhadap kekuatan udara baru yang efektif, efisien, dan mematikan, yaitu pesawat tempur nirawak atau unmanned combat aerial vehicle (UCAV)," kata eks Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) itu.

 

 

Menurut Hadi, kemampuan UCAV tidak hanya digunakan untuk misi penyerangan, tetapi drone taktis dan strategis tersebut telah digunakan untuk menjadi mata di angkasa (eyes in the sky) untuk kepentingan pada masa damai. "Bila kita mencermati dinamika lingkungan strategis di kawasan, khususnya Indopasifik, tren konflik yang berpotensi terjadi akan berada di domain maritim," ujarnya.

Hadi memaparkan, konsep network centric warfare (NCW) menjadi visi TNI untuk melakukan integrasi kesisteman seluruh alutsista TNI. Dengan demikian, ke depan interoperabilitas akan menjadi budaya organisasi TNI dan berfungsi sebagai jantung kekuatan gabungan matra-matra TNI.

Baca juga : Semakin Banyak Diplomat AS di Myanmar yang Ditarik Pulang

"Tantangan tersebut harus dicermati dan disikapi serta menjadi alasan utama mengapa kita membutuhkan transformasi air power TNI Angkatan Udara," ujar Hadi.

Hadi pun mengutip pesan Bung Karno dalam salah satu pidatonya yang menyebut, kuasai udara untuk melaksanakan kehendak nasional. Karena, kekuatan nasional di udara adalah faktor yang menentukan dalam perang modern.

"Pesan Proklamator Republik Indonesia tersebut masih kita rasakan relevan hingga saat ini dan pesan tersebut harus kita jadikan sebagai motivasi dan inspirasi untuk mewujudkan air power TNI Angkatan Udara," kata Hadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement