Rabu 31 Mar 2021 12:10 WIB

Fatah Terancam Pecah, Barghouti Kalahkan Abbas?

Meski dipenjara, Barghouti masih menjadi tokoh politik paling populer di Palestina.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
 File - Pada file foto Sabtu 20 Oktober 2012 ini, Presiden Palestina Mahmoud Abbas menunjukkan jarinya yang ternoda tinta setelah memberikan suaranya selama pemilihan lokal di sebuah TPS di kota Ramallah, Tepi Barat. Presiden Abbas menyerukan pemilihan legislatif pada 22 Mei dan pemilihan presiden pada 31 Juli 2021.
Foto: AP/Muhammed Muheisend
File - Pada file foto Sabtu 20 Oktober 2012 ini, Presiden Palestina Mahmoud Abbas menunjukkan jarinya yang ternoda tinta setelah memberikan suaranya selama pemilihan lokal di sebuah TPS di kota Ramallah, Tepi Barat. Presiden Abbas menyerukan pemilihan legislatif pada 22 Mei dan pemilihan presiden pada 31 Juli 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Tahanan politik dan tokoh Partai Fatah Palestina,  Marwan Barghouti mengumumkan daftar kandidatnya sendiri dalam pemilihan legislatif bulan depan. Keputusan yang disampaikan Senin (29/3) lalu itu menandakan gejolak di partai Fatah.

Sebelumnya komite pusat Partai Fatah dilaporkan tidak dapat mencapai kesepakatan dengan Presiden Otoritas Palestina Mahmound Abbas mengenai kandidat-kandidat pemilihan legislatif. Situs berita Arab48 melaporkan seorang sumber mengatakan pada  daftar Barghouti, tak hanya inti partai Fatah tapi juga tokoh-tokoh nasional dan kemerdekaan.

Baca Juga

Pada Rabu (31/3) Middle East Eye melaporkan daftar Barghouti adalah daftar kandidat keempat dari Partai Fatah. Menyusul daftar dari Abbas, daftar Majelis Demokrasi Nasional Nasser al-Qudwa dan daftar dari Blok Reformasi Demokrasi Mohammad Dahlan. Palestina akan menggelar pemilihan legislatif pada 22 Mei mendatang.

Namun jadwalnya masih dipertanyakan sebab dua anggota komite eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) mengumumkan pemilihan tidak bisa digelar tanpa kesepakatan dari warga Palestina yang tinggal di Yerusalem. Israel selalu menentang upaya pemilihan di Yerusalem sebab menganggap Yerusalem bagian dari wilayah mereka.

"Tidak akan ada pemilihan umum tanpa Yerusalem, itu mitra kunci dalam proses demokrasi," kata anggota komite pusat Partai Fatah yang diketuai Abbas, Azzam al-Ahmad dalam wawancara dengan Palestina TV.

Ahmad mengatakan gerakan Hamas yang berkuasa di Jalur Gaza sudah sepakat untuk tidak menggelar pemilihan tanpa warga Yerusalem. Penundaan semacam ini sering terjadi selama kepemimpinan Abbas. Sementara masa jabatan Abbas sudah berakhir pada Juni 2009 tidak ada pemilihan presiden di Palestina selama 16 tahun terakhir.

Pemilihan presiden dijadwalkan digelar pada 31 Juli mendatang tapi masih belum diketahui apakah syarat pemilihan legislatif berlaku dengan pemilihan presiden. Bila memilih maju dalam pemilihan presiden maka Barghouti akan menjadi lawan terkuat Abbas. Sebab walaupun dipenjara ia masih menjadi tokoh politik paling populer di Palestina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement