Kamis 01 Apr 2021 00:19 WIB

Gereja di Sydney Angkat Pendeta Transgender Pertama Kalinya

Pendeta Josephine 'Jo' Inkpin mencatat sejarah di Australia

Red:
Gereja di Sydney Angkat Pendeta Transgender Pertama Kalinya
Gereja di Sydney Angkat Pendeta Transgender Pertama Kalinya

Pendeta Josephine 'Jo' Inkpin mencatat sejarah di Australia dengan menjadi transgender pertama yang diangkat untuk melayani  salah satu gereja denominasi besar. 

Jo diangkat menjadi pendeta untuk Uniting Church di Sydney awal Maret lalu dan membuat banyak umat yang hadir terharu.  

Sebelumnya, Jo menjadi pendeta yang melayani Gereja Anglikan kemudian pindah ke Gereja Uniting.

Ia mengaku Gereja Uniting menjadi tempat yang lebih tepat baginya untuk berkembang.

Dalam agama Kristen Protestan ada banyak denominasi sehingga terbentuk banyak gereja dengan ajaran masing-masing, meski masih tetap mengikuti ajaran umum Kekristenan.

Pendeta Jo menjadi pemimpin gereja pertama yang secara terbuka menyatakan diri sebagai transgender di Australia.

Dan tanggal 14 Maret lalu dia kembali menciptakan sejarah.

Pengangkatan itu membuat Pendeta Jo bisa melayani umat di Uniting Church yang berlokasi di Pitt Street di Sydney.

"Ada kesukacitaan, seperti kembali ke ruma, sebuah tempat dimana saya berharap kasih dan kesukacitaan akan berkembang."

Gereja Uniting yang merupakan denominasi gereja terbesar ketiga di Australia menggambarkan diri mereka sendiri sebagai gereja yang progresif, gereja yang menampung dan memberi tempat bagi warga LGBTQI+.

Pendeta Jo mengaku bersyukur jika kehadirannya diterima oleh umat.

"Saya tahu diri saya sendiri, adanya orang seperti saya, perbedaan yang bisa dibuat.

"Anda tidak bisa menjadi sesuatu yang tidak terlihat'

Pendeta Jo, yang juga seorang pegiat hukum, ikut ambil bagian dalam Peringatan Hari Penampakkan Transgender Internasional yang digelar hari ini (31/03). 

Dia mengundang banyak orang untuk merayakan dan memperingati hari tersebut lewat media sosial guna menghilangkan "dosa dan penderitaan" yang dialami warga transgender dan yang lainnya di Australia.

"Mereka yang terpinggirkan harus berani berdiri dan menampakkan diri, hal yang sangat sangat sulit dilakukan," katanya kepada ABC.

"Kita tidak hanya sekedar hadir sebagai umat di gereja, namun berdiri di depan dan menyebarkan apa yang kita miliki, ini juga akan memberi kekuatan bagi yang lain."

Perjalanan panjang untuk menemukan diri

Perjalanan Jo untuk menemukan diri sendiri dan juga kasih adalah perjalanan panjang.

"Saya tahu saya disayangi oleh Tuhan, namun saya sering mempertanyakan diri sendiri sebelumnya dan itu hal yang tidak bagus, khususnya sebagai seorang pendeta."

Ketika masih belia, Inkpin mengatakan masih bisa menerima dirinya yang memiliki fisik sebagai laki-laki, namun ketika dewasa, semakin susah baginya untuk menerima, khususnya ketika dia mendapat sentuhan fisik dan fotonya diambil.

Sebelumnya Pendeta Jo dan istrinya Penny melayani sebagai Pendeta Gereja Anglikan di Inggris.

Di masa awal pernikahan mereka, Penny bisa menerima jika Jo nantinya akan memakai baju perempuan, walau itu hanya terjadi di dalam rumah atau tempat tertutup.

Barulah di tahun 2017, ketika mereka pindah dan bekerja Australia, Pendeta Jo merasa nyaman untuk menjelaskan kepada komunitas dan teman-teman di gereja jika dia adalah perempuan transgender

"Saya tidak ingin dalam posisi tertentu dalam menggambarkan diri saya, namun saya memahami diri saya sebagai perempuan, secara spiritual sangat menggambarkan saya."

Penerimaan di gereja 

Di saat Pendeta Jo sudah diterima menjadi pendeta Uniting Church di Sydney, Keuskupan Gereja Anglikan masih dikenal sebagai  komunitas yang konservatif.

Gereja Anglikan tidak mengizinkan perempuan menjadi pendeta, dan menentang keras pernikahan sesama jenis kelamin.

Sejauh ini mereka tidak mau mendiskusikan mengenai pendeta transgender.

Posisi gereja sangat jelas diungkapkan dalam Doktrin Mengenai Identitas Gender yang dibuat tahun 2019.

"Mengaburkan perbedaan antara pria dan wanita atau mencari pembenaran mengenai identitas seksual yang berbeda dengan identitas biologis adalah usaha penciptaan baru, yang merupakan bantahan terhadap identitas biologis yang diberikan kepada kita."

Posisi seperti ini yang tidak disetujui oleh Pendeta Jo.

"Saya tidak tahu mengapa mereka harus terus menerus mempertanyakan identitas kami sebagai orang transgender," katanya.

"Hanya membuang-buang waktu saja, karena yang diperlukan adalah kami bisa dibebaskan untuk untuk menunjukkan kemampuan kami."

Pendeta Jo mengatakan gereja bisa '"tersudutkan" dan menjadi tidak relevan bagi komunitas dengan sikap seperti itu.

Melihat ke depan, Pendeta Jo merasa optmistis.

"Gereja Uniting Church masih harus berbenah, namun sudah ada perubahan, mereka tahu harus mendengarkan suara umat," katanya.

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dari artikel di ABC News

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement