Rabu 31 Mar 2021 07:32 WIB

Jenderal-jenderal Brasil Mengundurkan Diri

Presiden Brasil Jair Bolsonaro kerap memuji masa kediktatoran militer.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
Presiden Brasil Jair Bolsonaro.
Foto: AP/Eraldo Peres
Presiden Brasil Jair Bolsonaro.

REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO -- Jenderal-jenderal tiga cabang angkatan bersenjata Brasil mengundurkan diri setelah Presiden Jair Bolsonaro mengganti menteri pertahanan. Reshuffle yang dilakukan Bolsonaro untuk menghindari tekanan atas kegagalannya dalam mengatasi pandemi virus korona dinilai dapat mengguncang militer.

Departemen Pertahanan Brasil melaporkan pengunduran diri yang tampaknya tidak pernah terjadi sejak militer berkuasa 36 tahun yang lalu. Dalam pernyataannya Departemen Pertahanan tidak mengungkapkan alasan tiga orang pemimpin militer itu mengundurkan diri. 

Baca Juga

Tapi para pengamat menilai Bolsonaro yang semakin tertekan ingin mencengkramkan kekuasaannya di militer. "Sejak 1985 kami tidak pernah mendengar berita mengenai intervensi terang-terangan presiden ke tubuh angkatan bersenjata," kata professor ilmu politik  Insper University, Carlos Melo, Rabu (31/3).

Bolsonaro yang pernah menjabat sebagai kapten tentara kerap memuji masa kediktatoran militer. Ia semakin mengandalkan mantan perwira atau yang masih aktif untuk mengisi jabatan penting dalam pemerintahannya. 

Tapi Melo mengatakan sejauh ini militer masih menahan diri dari politik. "Apakah perlawanan ini berlanjut? Itu pertanyaannya," kata Melo.

Pengumuman ini disampaikan setelah kepala Angkatan Darat, Laut dan Udara Brasil bertemu dengan menteri pertahanan yang baru Jenderal  Walter Souza Braga Netto pada Selasa (30/3) kemarin. Dalam pernyataan pertamanya terlihat Braga Netto memiliki pandangan yang sama dengan Bolsonaro mengenai angkatan bersenjata.

Tidak seperti menteri-menteri pertahanan sebelumnya. Braga Netto ingin merayakan kediktatoran militer dari tahun 1964 hingga 1985 yang membunuh dan menewaskan ratusan ribu rakyat Brasil.

"Angkatan bersenjata akhirnya menanggung tanggung jawab untuk menenangkan negara, menghadapi tantangan untuk mengatur ulang dan mengamankan kebebasan demokrasi yang kita nikmati hari ini, gerakan 1964 bagian dari lintas sejarah Brasil, dan peristiwa seperti 31 Maret harus dipahami dan dirayakan," kata Braga Netto.

Seorang pensiunan jenderal yang memiliki hubungan dengan tiga orang jenderal yang mengundurkan diri dan Braga Netto mengatakan ada alasan tersendiri mengapa para pemimpin militer itu mundur. "Ada situasi yang memalukan sehingga mereka semua mundur," kata pensiunan jenderal yang tak bersedia namanya disebutkan.

Senin (29/3) kemarin Bolsonaro mengganti orang-orang yang menduduki jabatan penting di pemerintahannya untuk merespon tekanan dari anggota parlemen, diplomat, dan ekonom mengenai penanganan pandemi virus korona. Virus tersebut sudah menewaskan 300 ribu orang Brasil.

Presiden mengganti Menteri Pertahanan Fernando Azevedo e Silva yang mengatakan di surat pengunduran dirinya ia 'mempertahankan angkatan bersenjata sebagai institusi negara'. Sebuah konfirmasi atas upayanya menjauhkan para jenderal dari politik.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement