Rabu 31 Mar 2021 00:11 WIB

BTS Kecam Meluasnya Rasisme Anti-Asia

Pernyataan ini dibuat BTS melalui status media sosial mereka.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Grup boyband Korea Selatan BTS mengecam meluasnya rasisme anti-Asia yang menyusul gelombang kekerasan di Amerika Serikat.
Foto: AP/CBS/Recording Academy
Grup boyband Korea Selatan BTS mengecam meluasnya rasisme anti-Asia yang menyusul gelombang kekerasan di Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Grup boyband Korea Selatan BTS mengecam meluasnya rasisme anti-Asia yang menyusul gelombang kekerasan di Amerika Serikat. Pernyataan itu disampaikan BTS melalui status di media sosial Twitter.

"Kami menentang diskriminasi rasial. Kami mengutuk kekerasan. Anda, saya, dan kita semua memiliki hak untuk dihormati. Kami akan berdiri bersama," tulis BTS pada Senin (29/3) malam, lengkap dengan tagar #StopAsianHate dan #StopAAPIHate.

Baca Juga

Pada pertengahan Maret 2021, terdapat enam perempuan Asia yang tewas di antara para korban penembakan di tiga panti pijat di Atlanta. Dalam insiden lain baru-baru ini, beberapa orang keturunan Asia juga tewas dan mendapat perlakuan kejam.

Imigran pria berusia 84 tahun meninggal setelah didorong hingga jatuh di San Francisco. Pria 91 tahun diserang dengan kejam di Pecinan Oakland, serta pria 61 tahun yang wajahnya disayat di kereta bawah tanah di New York.

"Kami menyampaikan belasungkawa terdalam kepada mereka yang telah kehilangan orang yang dicintai. Kami merasakan kesedihan dan kemarahan. Kami mengingat saat-saat kami menghadapi diskriminasi sebagai orang Asia," kata BTS.

Kelompok yang memopulerkan lagu "Dynamite" itu kerap menahan kesal karena umpatan tanpa alasan dan ejekan atas penampilan mereka. Para personel BTS bahkan pernah ditanyai dengan penghinaan, mengapa orang Asia berbicara bahasa Inggris.

Pengalaman itu mereka anggap tidak ada apa-apanya dibandingkan berbagai peristiwa kejam beberapa pekan terakhir. Namun, semua pengalaman yang mereka alami juga cukup untuk menghilangkan harga diri dan membuat diri merasa tidak berdaya.

Menurut BTS, apa yang terjadi saat ini tidak dapat dipisahkan dari identitas mereka sebagai orang Asia. Pendapat serupa juga disampaikan oleh John Yang, presiden dan direktur eksekutif Asian American Advancing Justice-AAJC.

Dia menganalisis, kemungkinan ada beberapa akar penyebab dari serangan yang terjadi belakangan. Pertama dan terpenting adalah eksistensi salah satu mantan presiden AS yang mengondisikan komunitas menjadi fobia dan anti-Asia.

Salah satu yang digencarkan oleh sosok itu termasuk retorika seputar 'virus China' atau 'kung-flu'. Menurut John Yang, itu membuat warga Amerika memandang komunitas Asia-Amerika sebagai 'orang lain', komunitas yang berbeda, bahkan sebagai penyakit.

"Penyebab lainnya adalah ketidakamanan ekonomi yang dihadapi banyak orang. Kita harus melihat ini dalam konteks Covid-19, apa yang dirasakan orang secara ekonomi, dan ketakutan yang dirasakan orang," ungkapnya, dikutip dari laman Rolling Stone, Selasa (30/1).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement