Selasa 30 Mar 2021 05:55 WIB

Keluhan Seorang Suami yang Banyak Anak ke Rasulullah

Setiap hamba pasti diuji dengan beragam ujian oleh Allah.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Ani Nursalikah
Keluhan Seorang Suami yang Banyak Anak ke Rasulullah. Anak berlajar mengaji di salah satu Taman Pendidikan Al-Quran di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta, Rabu (4/11). Kegiatan mengaji tersebut dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan seperti penggunaan masker, menjaga jarak dan pembagian jam belajar dari pukul 08.00 - 17.00 yang dibagi menjadi empat kelas sebagai upaya mengantisipasi penyebaran Covid-19. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Keluhan Seorang Suami yang Banyak Anak ke Rasulullah. Anak berlajar mengaji di salah satu Taman Pendidikan Al-Quran di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta, Rabu (4/11). Kegiatan mengaji tersebut dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan seperti penggunaan masker, menjaga jarak dan pembagian jam belajar dari pukul 08.00 - 17.00 yang dibagi menjadi empat kelas sebagai upaya mengantisipasi penyebaran Covid-19. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap hamba pasti diuji dengan beragam ujian oleh Allah. Terkadang bahkan, hal yang dianggap sebagai ujian, nyatanya tersimpan hikmah yang begitu besar. Salah satunya tentang bagaimana kisah seorang suami yang memiliki banyak anak ke Rasulullah SAW.

Imam As-Suyuthi dalam kitab Asbabun Nuzul menjelaskan, pada zaman Rasulullah SAW pernah terdapat seorang laki-laki dari Asyja’ yang miskin dan memiliki banyak anak. Dia mendatangi Nabi dan bertanya, lalu Rasulullah pun menanggapi: “Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah,”.

Baca Juga

Tidak lama kemudian, datanglah anak dari laki-laki itu dan lalu mendatangi Rasulullah SAW. Anak itu pun mengabarkan tentang peristiwa yang dialaminya. Nabi kemudian berkata: “Makanlah itu,”.

Atas peristiwa ini, Allah SWT menurunkan firman-Nya dalam Surah At-Thalaq ayat 2: “Fa idza balaghna ajalahunna fa-amsikuhunna bima’rufin aw faariquhunna bima’rufin wa asyhiduu dzawa adlin minkum wa aqimu as-syahaadata lillahi. Dzalikum yu’azhu bihi man kaana yu’minu billahi wal-yaumil-akhiri, wa man yattaqillaha yaj’al lahu makhraja,”.

 

Yang artinya: “Apabila mereka telah mendekati akhir idahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar,”.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement