Senin 29 Mar 2021 18:53 WIB

Saran Penting dari Gus Baha untuk Memahami Alquran

Memahami Alquran membutuhkan sejumlah perangkat utama tafsir

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Memahami Alquran membutuhkan sejumlah perangkat utama tafsir. Alquran ilustrasi
Foto: republika
Memahami Alquran membutuhkan sejumlah perangkat utama tafsir. Alquran ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Alquran sebagai kitab suci yang menyempurnakan kitab-kitab suci samawiyah sebelumnya memiliki banyak keistimewaan. Ada banyak rahasia-rahasia yang terkandung dalam setiap ayat di dalam Alquran.  Pakar tafsir Alquran, KH Ahmad Baharuddin Noersalim atau akrab disapa Gus Baha menjelaskan ada beragam seni ulama dalam memaknai Alquran. 

Ada ulama yang memilih mencari aman dalam memaknai Alquran, semisal dalam hal memaknai huruf-huruf singkatan (muqatta'ah) dalam pembukaan beberapa surat semisal alif lam mim, Yasin, dan sebagainya yang memilih menyandarkannya kepada Allah SWT. 

Baca Juga

Ada juga ulama memaknai ayat muqatta'ah dengan memaknai setiap hurufnya. Oleh karena itu penting untuk mempelajari Alquran dengan berpegang dan didampingi ulama guna mengantisipasi pemaknaan setiap ayat dalam Alquran. Pada sisi lain, jelasnya ada juga ayat-ayat yang penuh misteri yang membuat para ulama pasti berbeda dalam tafsirnya.

"Jadi analisis tafsir itu tidak ada selesainya, semuanya butuh  perangkat dan di antara perangakat itu adalah fitrah salimah. Sehingga memaknai quran itu baik dengan ilmiah maupun dengan fitrah salimah itu akan sama-sama menelurkan makna yang sahaih asal berlandaskan riwayat yang sahih," jelas Gus Baha saat menjadi pembicara dalam Ngaji Bareng dan Peluncuran Pusat Studi Tafaquh (Tafsir Alquran dan Hadits) Universitas Islam Indonesia (UII) beberapa hari lalu.

Lebih lanjut Gus Baha menjelaskan di antara perdebatan dalam menafsirkan ayat Alquran adalah prihal penggunaan kisah-kisah Israiliyat untuk merekonstruksi ayat-ayat yang berkaitan dengan kisah para nabi sebelum datangnya Rasulullah SAW. 

Terdapat ulama yang sama sekali menolak penggunaan kisah-kisah Israiliyat namun juga ada beberapa yang mengambil untuk hikmah atau sebagai konstruksi cerita dan memanfaatkannya dalam mentafsirkan ayat-ayat tentang kisah orang-orang terdahulu. 

"Akhirnya cari aman kalau tafsir atau terjemah berdasar israiliyat, tapi kadang mau tidak mau karena ada kata yang tersembunyi yang mau tidak mau utuhnya itu kalau memanfaatkan israiliyat tadi," katanya.      

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement