Senin 29 Mar 2021 16:45 WIB

Johnson&Johnson Pasok 220 Juta Dosis Vaksin untuk Afrika

Johnson&Johnsonekerja sama dengan sembilan mitra di empat benua untuk vaksin

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Vaksin Johnson & Johnson
Foto: Johnson & Johnson via AP
Vaksin Johnson & Johnson

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Perusahaan Johnson & Johnson akan memasok hingga 220 juta dosis vaksin Covid-19 kepada 55 negara anggota Uni Afrika. Hal itu akan mulai dilakukan mulai kuartal ketiga 2021.

Johnson & Johnson, melalui unitnya Janssen Pharmaceutica NV, menandatangani kesepakatan dengan African Vaccine Acquisition Trust (AVAT), yang dapat memesan 180 juta dosis tambahan. Total gabungannya hingga 400 juta dosis hingga tahun 2022.

Baca Juga

“Kami perlu mengimunisasi setidaknya 60 persen dari populasi kami untuk menyingkirkan virus dari benua kami. Perjanjian Johnson & Johnson memungkinkan kami bergerak untuk mencapai target ini, ” kata Dikretur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika John Nkengasong pada Senin (29/3).

Johnson&Johnson telah membangun jaringan manufaktur dan pasokan global untuk vaksin Covid-19. Ia bekerja sama dengan sembilan mitra di empat benua, termasuk Aspen Pharmacare di Afrika Selatan.

Sebelumnya Kantor Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Afrika menyerukan akses vaksin yang adil. Hal itu agar cakupan dan jangkauan vaksinasi Covid-19 di benua tersebut dapat diperluas. Direktur Regional WHO untuk Afrika Matshidiso Moeti mengatakan Afrika sangat membutuhkan lebih banyak vaksin. Hal itu karena mulai melambatnya pengiriman vaksin. Selain itu stok awal vaksin yang diterima beberapa negara Afrika hampir habis.

"Perlambatan pasokan vaksin dapat memperpanjang perjalanan menyakitkan untuk mengakhiri pandemi ini bagi jutaan orang di Afrika," kata Moeti dalam sebuah konferensi pers virtual pada 25 Maret lalu, dikutip laman Anadolu Agency.

Dia kembali menekankan bahwa upaya memperoleh vaksin tidak boleh menjadi kompetisi. "Akses yang adil akan menguntungkan semua dan bukan hanya sebagian dari kita," ujarnya.

Namun, Moeti mengisyaratkan bahwa dia melihat adanya kompetisi. "Sementara beberapa negara berpenghasilan tinggi berusaha untuk memvaksinasi seluruh populasi mereka, banyak di Afrika berjuang untuk cukup melindungi, bahkan kelompok berisiko tinggi mereka," ucapnya.

Menurut WHO, sejauh ini 44 negara Afrika telah menerima vaksin melalui fasilitas Covax atau melalui sumbangan dan perjanjian bilateral. Sebanyak 32 negara di antaranya telah memulai vaksinasi. "Vaksin tetap menjadi cara kami yang paling pasti untuk mengatasi pandemi ini," kata Richard Mihigo, koordinator program imunisasi dan pengembangan vaksin untuk WHO Afrika. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement