Senin 29 Mar 2021 14:43 WIB

Dewan Pendidikan Kota Bogor: Seluruh SDM di Sekolah Divaksin

Tidak hanya guru yang divaksin, tapi juga penjaga sekolah, hingga office boy (OB).

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Bilal Ramadhan
Petugas kesehatan memeriksa kondisi kesehatan peserta vaksin COVID-19 sebelum divaksinasi.
Foto: Yulius Satria Wijaya/ANTARA
Petugas kesehatan memeriksa kondisi kesehatan peserta vaksin COVID-19 sebelum divaksinasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Pembelajaran tatap muka (PTM) pada seluruh satuan pendidikan di Kota Bogor belum dimulai. Dalam pelaksanaan PTM nanti, Dewan Pendidikan (Wandik) Kota Bogor merekomendasi agar seluruh satuan yang terlibat di sekolah untuk disuntik vaksin Covid-19 terlebih dahulu.

Ketua Dewan Pendidikan Kota Bogor, Deddy D. Karyadi mengatakan, dalam keinginan untuk mengejar ilmu pengetahuan secara langsung di sekolah, harus diseimbangkan dengan keselamatan. Terutama keselamatan anak-anak sekolah.

Untuk itu, dia merekomendasikan seluruh sumber daya masyarakat (SDM) yang terlibat di pendidikan untuk divaksinasi. Tidak hanya guru, tapi juga penjaga sekolah, hingga office boy (OB).

“Pendidik pengajar pokoknya SDM yang terlibat di pendidikan. Mulai dari gurunya, lalu OB, dan penjaga sekolah. Percuma juga guru divaksin tapi OB-nya, penjaga sekolah tidak divaksin, kan bisa jadi carrier. Jadi pokoknya semua yang terlibat di sekolah tervaksin dulu,” kata Deddy kepada Republika, Senin (29/3).

Tak hanya itu, lanjutnya, Dewan Pendidikan Kota Bogor juga merekomendasikan untuk memberi vaksin terhadap anak-anak usia sekolah. Dengan tujuan memberi ketenangan kepada orang tua murid di rumah.

Setelah menyelesaikan vaksinasi dari seluruh anggota satuan pendidikan, baru setelah itu bisa dibuat model bagaimana PTM berjalan nantinya. “Nanti kalau sudah divaksin semua, baru dibuat model masuk sekolahnya seperti apa. Kan tidak mungkin juga pertama masuk sekolah kayak dulu lagi normal,” kata Deddy.

Misalnya, lanjut Deddy, membuat sistem shift per-kelas. Sekaligus membatasi jumlah siswa per-kelas. Antara 25 persen hingga 30 persen dari kapastias normal.

Model lain yang disebutkan Deddy, yakni jam pelajaran di sekolah nanti tidak perlu selama jam pelajaran sebelum ada pandemi Covid-19. Dalam arti lain, siswa tidak perlu belajar di sekolah secara ‘full day’.

“Jam pelajaranya enggak usah panjang-panjang dulu deh. Nggak usah full day. Yang penting kan anak-anak sekolah dan guru balik dulu ke sekolah. Kembali ke sekolah dulu walaupun belom full,” tuturnya.

Setelah ditemukan dan disepakati model sistem PTM di sekolah, Deddy mengatakan, Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bogor bisa melaksanakan uji coba atau simulasi PTM pada sekolah-sekolah di Kota Bogor.

“Kan sambil dilihat nanti perkembangannya seperti apa, ada evaluasi. Nanti kalau sudah jauh lebih aman, baru nanti misalnya ditambah jam pelajarannya, bertahap lah,” jelasnya.

Disamping itu, Deddy menambahkan, sebelum PTM dilaksanakan, izin orang tua tetap harus diutamakan. Termasuk dari komite di sekolah masing-masing. Seperti yang dikeluarkan dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri, dalam menyelenggarakan PTM maupun uji coba, harus ada tahapannya.

“Dalam kesiapan protokol kesiapan di sekolah, nah terakhir ini izin dari komite dan orang tua. Itu kan standar. Itu juga atas permintaan sekolah bersangkutan yang merasa siap. Kepala sekolah kirim surat, mereka ada izin dari orang tua murid, enggak asal-asalan juga,” pungkasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement