Sabtu 27 Mar 2021 12:34 WIB

Larangan Rasulullah untuk Berpuasa Setiap Hari

Sikap berlebihan akan mengakibatkan kehancuran sebagaimana disebutkan Nabi SAW

Waktu-Waktu Berpuasa di Bulan Muharram
Foto: Dok Republika
Waktu-Waktu Berpuasa di Bulan Muharram

REPUBLIKA.CO.ID, Satu ketika, salah satu sahabat Abdullah bin Amr bin Ash pernah bertekad untuk berpuasa setiap hari dan shalat tahajud sepanjang malam. Mengetahui cerita Abdullah, Nabi SAW langsung menegurnya.

“Jika kamu lakukan tekadmu itu, membuat matamu cekung dan jiwamu kecapekan. Tidak ada puasa bagi orang yang melakukan puasa dhar (puasa setiap hari).” (HR Bukhari).

Dalam buku berjudul 101 Sahabat Nabi karya Hepi Andi Bastoni,  dikisahkan jika pada suatu hari Rasulullah memanggilnya, dan menasihatinya agar tidak berlebihan dalam beribadah. Rasulullah SAW bertanya, "Kabarnya engkau selalu puasa di siang hari tak pernah berbuka, dan shalat di malam hari tak pernah tidur? Cukuplah puasa tiga hari setiap bulan!"Abdullah berkata, "Saya sanggup lebih banyak dari itu.""Kalau begitu, cukup dua hari dalam seminggu.""Aku sanggup lebih banyak lagi."

"Jika demikian, baiklah kamu lakukan puasa yang lebih utama, yaitu puasa Nabi Daud, puasa sehari lalu berbuka sehari!" Dan benarlah ketika Abdullah bin Amr dikarunia usia lanjut, tulang-belulangnya menjadi lemah. Ia selalu ingat nasihat Rasulullah dulu. "Wahai malang nasibku, kenapa dulu tidak melaksanakan keringanan dari Rasulullah."

Abdullah merupakan sosok yang taat beribadah. Keislamannya bahkan mendahului sang ayah, Amr bin Ash. Dia memusatkan perhatiannya kepada Alqur'an. Setiap turun ayat, maka dihapalkan dan diusahakan untuk memahaminya. Hingga setelah semuanya selesai dan sempurna, ia pun telah hapal seluruhnya.

Tak hanya itu, Abdullah kerap bersemangat di medan jihad. Apabila tentara Islam maju ke medan laga untuk menghadapi orang-orang musyrik yang melancarkan peperangan dan permusuhan,  ia akan  berada di barisan terdepan.Ketika perang telah usai, ia akan ditemui di mana lagi di masjid atau mushola rumahnya.

Ia berpuasa di waktu siang dan mendirikan shalat di waktu malam. Lidahnya tak kenal akan percapakan soal dunia, walaupun yang tidak terlarang. Sebaliknya, lidahnya tiada henti berdzikir kepada Allah, bertasbih dan memuji-Nya. Namun, ketika ibadahnya sudah keluar dari tuntunan syariat, maka Rasulullah SAW pun menegurnya. 

Sikap berlebihan akan mengakibatkan kehancuran sebagaimana disebutkan Nabi SAW kepada para sahabatnya. Dari Ibnu Mas’ud Ra, Nabi SAW bersabda: “Binasalah orang yang berlebih-lebihan.” Tiga kali Rasulullah menyebutkan hadis ini baik berita tentang kehancuran mereka atau pun sebagai doa untuk kehancuran mereka. 

Syekh Yusuf Qaradhawi mengutip Imam Nawawi, menjelaskan, orang-orang berlebihan ialah orang-orang yang ucapan dan perbuatan mereka terlalu dalam dan melampaui batas. 

Menurut Qaradhawi, mereka adalah orang-orang yang terlalu dalam menanyakan masalah-masalah pelik yang jarang terjadi. Diantaranya, terlalu banyak menyebutkan cabang-cabang suatu permasalahan yang tidak ada dasarnya dalam Alquran atau as-Sunnah. Permasalahannya sebenarnya jarang terjadi tetapi terlalu banyak perhatian diberikan kepadanya. 

Lebih parah lagi, menurut Qaradhawi, mereka membahas masalah-masalah tertentu yang diperintahkan oleh syariah untuk mengimaninya tanpa mencari bagaimananya. Diantaranya membahas sesuatu yang tidak punya bukti di dunia emprisi seperti pertanyaan terkait dengan hakikat hari kiamat, ruh dan sebagainya. 

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement