Sabtu 27 Mar 2021 12:24 WIB

BPIP: Pancasila Digali dari Keislaman, Modernitas dan Budaya

Pancasila titik temu bagi masyarakat dengan keadilan yang lebih nyata dan keteladanan

Ratusan guru peserta pendidikan dan pelatihan Pembinaan Ideologi Pancasila (PIP) diberikan materi oleh sejumlah narasumber dari berbagai latar belakang.
Foto: BPIP
Ratusan guru peserta pendidikan dan pelatihan Pembinaan Ideologi Pancasila (PIP) diberikan materi oleh sejumlah narasumber dari berbagai latar belakang.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ratusan guru peserta pendidikan dan pelatihan Pembinaan Ideologi Pancasila (PIP) diberikan materi oleh sejumlah narasumber dari berbagai latar belakang. Diantaranya dosen Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STT) Jakarta Dr Martin Lukito.

Menurutnya Pancasila merupakan nilai fundamental bangsa Indonesia dan sangat berharga yang digali dari keislaman, modernitas dan juga budaya. “Dalam proses pembuahan Pancasila sangat kuat, tidak hanya dirumuskan dari pemikiran para pendiri bangsa, melainkan dari keislaman, modernitas dan budaya”, ucanya saat menyampaikan materi.

Ia juga mengatakan, Pancasila merupakan titik temu bagi masyarakat dengan keadilan yang lebih nyata dan teladan.

Dalam kesempatan yang sama Ketua Indonesia Conference on Religion and Peace Prof. Dr. Hj Siti Musdah Mulia, MA mengatakan ideologi Pancasila merupakan ideologi multikultural karakter Indonesia yang sesuai dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika.

“Jadi saat kita menyebut Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya sekedar slogan tetapi harus dihayati dan diimplementasikan secara real”, ujarnya.

Dirinya juga menyebutkan Pancasila memiliki nilai-nilai luhur yang sangat penting yaitu keadilan, kejujuran, keadaban, kesetaraan, kebhinekaan, nilai persatuan, nilai solidaritas, kerjasama, toleransi, tanggung jawab, serta kedamaian.

Meskipun demikian menurutnya. Masih banyak ancaman bagi ideologi negara tersebut diantaranya, eksklusivisme, intoleransi, radikalisme, ideologi transnasional. Individualism-hedonistic dan perpecahan yang dipicu sara dan minimnya pemahaman terhadap Pancasila.

Menurut pendiri NII Crisis Center Ken Setiawan adanya aksi-aksi radikalisme, intoleransi yang berujung terorisme merupakan hasil dari orang-orang yang tidak puas dengan kondisi negara saat ini. Sehingga ingin mengubah dengan cara ekstrim seperti mengganti negara dengan khilafah islam.

“Radikalisme tidak memandang umur, mereka menggapai seluruh kalangan masyarakat bahkan tidak mengenal status ekonomi”, jelasnya. Mantan anggota NII ini menegaskan padahal, Pancasila sudah lebih dari cukup karena sesuai dengan syariat islam.

Selain teori peserta juga diberikan pendidikan dan pelatihan PIP dengan metode games yang bertujuan untuk meningkatkan solidaritas dengan jiwa Pancasila. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement