Sabtu 27 Mar 2021 00:05 WIB

Ini Penyebab Perempuan Lebih Banyak Alami Long Covid

Berdasarkan riset, perempuan lebih banyak mengidap 'long covid' daripada pria.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Berdasarkan riset, perempuan lebih banyak mengidap 'long covid' daripada pria.
Foto: www.freepik.com.
Berdasarkan riset, perempuan lebih banyak mengidap 'long covid' daripada pria.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perempuan cenderung mengidap Covid-19 dalam waktu yang panjang (Long Covid) daripada pria. Dua riset terbaru mengungkap perbedaan antargender dan pengaruhnya terhadap kasus tersebut.

Penelitian pertama mendalami efek jangka panjang Covid-19 setelah pasien selesai dirawat di rumah sakit. Tim ilmuwan Pusat Penelitian Virus MRC Universitas Glasgow mengamati kondisi pemulihan 327 pasien.

Baca Juga

 

Hasilnya, pasien perempuan di bawah usia 50 tahun kemungkinan lebih berisiko memiliki kondisi kesehatan jangka panjang yang lebih buruk. Itu jika dibandingkan dengan pria dan peserta penelitian yang lebih tua.

Kelompok usia itu juga berisiko dua kali lipat mengalami kelelahan usai kesembuhan dari Covid-19, juga tujuh kali lebih mungkin mengalami sesak napas. Mereka pun lebih mungkin untuk mengalami kecacatan baru.

Penulis utama studi, Janet Scott, mengatakan riset yang dia gagas dapat memiliki implikasi mendalam untuk keputusan kebijakan pandemi. Pada akhirnya, itu juga bisa memengaruhi strategi vaksinasi.

Studi terpisah mengamati kondisi kesehatan fisik dan mental pada orang dewasa setelah pulih dari Covid-19. Temuannya juga menemukan bahwa kaum hawa lebih terkena dampaknya.

Pasien dinilai antara dua sampai tujuh bulan setelah sembuh dari corona. Faktor yang terkait dengan kegagalan pulih termasuk etnis kulit putih, usia setengah baya, dan memiliki dua atau lebih masalah kesehatan.

Perbedaan gender juga ikut memengaruhi, yang sudah terlihat sejak dimulainya pandemi. Para pria relatif mengalami kasus Covid-19 yang lebih parah serta lebih banyak dirawat intensif di rumah sakit daripada perempuan.

Pasien lelaki juga dua kali lebih mungkin meninggal karena virus daripada perempuan. Akan tetapi, pasien perempuan malah lebih rentan mengidap Long Covid daripada pasien pria.

Profesor Daniel Altmann dari Departemen Imunologi dan Peradangan di Imperial College London menyoroti perbedaan gender itu. Jenis kelamin rupanya sangat memengaruhi kekebalan terhadap virus.

"Dalam data kami, perempuan cenderung memiliki tingkat antibodi yang lebih tinggi, sementara pria cenderung memiliki kadar imunitas yang dimediasi sel T yang lebih tinggi," ungkap Altmann.

Hormon yang menurun pada perempuan seiring bertambahnya usia, berinteraksi dengan sistem kekebalan tubuh dengan berbagai cara. Pengaruhnya juga terlihat pada jumlah sel kekebalan yang diproduksi dan respons terhadap infeksi.

Altmann menunjukkan salah satu buktinya, yakni perempuan lebih berisiko terkena dampak penyakit autoimun seperti lupus dan multiple sclerosis. Itu terjadi akibat interaksi hormon seks dan sistem kekebalan tubuh.

"Interaksi antara hormon seks dan sistem kekebalan sekarang perlu dimasukkan ke dalam pemikiran kita tentang long Covid," ungkap Altmann, dikutip dari laman Huffington Post, Jumat (26/3).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement