Jumat 26 Mar 2021 19:25 WIB

Terusan Suez Diperkirakan Terblokir Berminggu-minggu, Perdagangan Global Rugi Besar

Lalu lintas di rute perdagangan dunia terhenti sejak MV Ever Given kandas.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Suez Canal Authority/dpa/picture alliance
Suez Canal Authority/dpa/picture alliance

Lalu lintas masih tertahan di hari kedua ketika salah satu kapal barang terbesar di dunia, MV Ever Given, terjepit di tepi Terusan Suez.

Lebih dari 200 kapal barang besar, kapal tanker yang membawa minyak dan gas, dan kapal curah pengangkut biji-bijian telah mundur di kedua ujung kanal sebagai upaya untuk melepaskan kapal kontainer berbendera Panama ini.

Mungkin perlu waktu "berminggu-minggu" untuk membebaskan kapal, menurut salah satu tim penyelamat.

"Kami tidak bisa memungkiri mungkin butuh waktu berminggu-minggu, tergantung situasinya," kata Peter Berdowski, CEO perusahaan Belanda Boskalis, salah satu dari dua tim penyelamat yang mencoba membebaskan kapal.

"Ini seperti paus terdampar yang sangat besar. Ini beban yang sangat besar di atas pasir. Kami mungkin harus bekerja dengan kombinasi mengurangi berat dengan memindahkan kontainer, minyak dan air dari kapal, kapal tunda, dan pengerukan pasir," kata Berdowski.

Upaya membebaskan kapal

Dengan haluan kapal kandas ke salah satu tepi kanal, sebuah ekskavator telah menggali ke dalam tepian saat kapal keruk mencoba membersihkan lumpur di sekitar kapal. Selain itu, terdapat sembilan kapal tunda, menarik sisi kapal, mencoba mendapatkan momentum untuk membawa kapal kembali mengapung.

Kapal sepanjang 400 meter dan lebar 59 meter ini terjepit dengan arah menyamping, sehingga tidak memungkinkan bagi kapal lain melewati bentangan kanal yang sempit.

Kapal yang tertahan di belakang Ever Given pun akan kembali ke pelabuhan Suez, demikian kata perusahaan manajemen Leth Agencies.

Terpaan hembusan angin

Kapal Ever Given, "tanpa sengaja kandas setelah diduga terkena terpaan hembusan angin," kata operator kapal. Insiden itu terjadi sekitar pukul 07:45 pagi waktu setempat, pada hari Selasa (23/03), kata Manajemen Bernhard Shulte.

Ramalan cuaca Mesir mengatakan angin kencang dan badai pasir melanda daerah itu pada Selasa (23/03), dengan angin bertiup hingga 50 kilometer per jam.

"Investigasi awal mengesampingkan kegagalan mekanis atau mesin sebagai penyebab kandas,'' kata Leth Agencies.

Pemilik kapal meminta maaf

Mengakui gejolak global yang terjadi akibat peristiwa ini, pemilik kapal mengeluarkan permintaan maaf resmi. "Kami ingin meminta maaf kepada semua pihak yang terkena dampak insiden ini," kata Shoei Kisen Kaisha Ltd.

Kapal Ever Given saat ini menghadapi "kesulitan ekstrem" untuk mengapung kembali, kata pemiliknya.

"Ketika sebuah kapal kandas, para pejabat Terusan Suez diberi wewenang untuk memerintahkan dan mengarahkan semua operasi yang diperlukan untuk membuat kapal itu mengapung," menurut Aturan Navigasi Otoritas Terusan Suez. "Namun demikian para manajer tetap bertanggung jawab atas semua kerusakan dan kecelakaan dalam bentuk apapun," tambahnya.

Jalur perairan penting

Jalur perairan yang dilalui sekitar 10 persen dari arus perdagangan maritim global, menyediakan penghubung penting untuk minyak, gas alam, dan kargo yang dikirim dari Timur ke Barat. Hampir 19 ribu kapal menggunakan kanal itu tahun lalu, membawa lebih dari 1 miliar ton kargo, menurut otoritas Terusan Suez.

Lloyd's List, sebuah jurnal perkapalan terkenal, memperkirakan bahwa penutupan tersebut akan menyebabkan kerugian US$ 9 miliar dolar (Rp 126 triliun) per hari.

A.P. Moller Maersk, perusahaan pengiriman peti kemas terbesar di dunia, mengatakan sedang mempertimbangkan untuk mengalihkan rute kapal di sekitar Tanjung Harapan Afrika, menambahkan lima hingga enam hari untuk perjalanan antara Asia dan Eropa. Kargo yang perlu diantar lebih cepat dapat dikirim dengan kereta api dan pesawat terbang.

rap/vlz (AP, AFP)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement