Sabtu 27 Mar 2021 01:08 WIB

‘Setuju Sepeda Masuk MRT, Tapi Jangan Arogan’

MRT diminta siapkan aturan dan sanksi yang tegas bagi para pesepeda yang melanggar.

Rep: Flori Sidebang/Antara/ Red: Bilal Ramadhan
Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan membawa sepeda nonlipat ke kereta MRT Jakarta.
Foto: @aniesbaswedan
Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan membawa sepeda nonlipat ke kereta MRT Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, Sepeda saat ini tidak hanya menjadi sarana untuk berolahraga bagi masyarakat di Jakarta. Namun, juga perlahan menjadi sarana transportasi maupun mobilisasi. Terbaru, PT Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta (Perseroda) tengah menyusun kebijakan agar sepeda nonlipat diperbolehkan masuk ke dalam kereta. Tujuannya, untuk memfasilitasi dan mendukung gerakan bersepeda di Provinsi DKI Jakarta.

Sebelumnya, hanya jenis sepeda lipat saja yang diizinkan masuk ke gerbong kereta MRT. Namun, rencananya, sepeda non lipat pun bakal mendapatkan perlakuan yang sama mulai tanggal 24 Maret 2021.

Kebijakan itu baru mulai diluncurkan di tiga stasiun, yakni Lebak Bulus Grab, Blok M BCA, dan Bundaran Hotel Indonesia. Adapun ketentuan sepeda non lipat yang diizinkan masuk MRT adalah sepeda reguler dengan dimensi tidak melewati 200 cm x 55 cm x 120 cm dengan lebar ban maksimal 15 cm.

Sementara itu, sepeda tandem atau sepeda dengan dimensi melebihi ketentuan tersebut tidak diizinkan masuk kereta. Kemudian, untuk menghindari terjadinya penumpukan penumpang, MRT Jakarta menerapkan jam ketersediaan akses sepeda non lipat, yakni Senin-Jumat di luar jam sibuk pukul 07.00 WIB-09.00 WIB dan pukul 17.00 WIB-19.00 WIB. Sedangkan pada akhir pekan akan mengikuti jam operasional MRT.

Wacana ini pun mendapatkan respons yang beragam dari masyarakat. Salah satunya, Muhammad Syadham (26 tahun). Dia mengaku menyambut baik terkait rencana sepeda non lipat diperbolehkan masuk ke MRT.

Laki-laki yang rutin bersepeda saat akhir pekan ini menyebut, dengan adanya kebijakan tersebut dapat mempermudah mobilitas pesepeda, khususnya yang menggunakan sepeda non lipat, seperti dirinya.

"Untuk pesepada non lipat ada baiknya mereka bisa mobilitas lebih mudah lagi naik transportasi MRT," kata Syadham saat ditemui di sekitar Bundaran HI, Ahad (21/3).

Hal senada juga disampaikan Lucy Anduri (28). Menurut Lucy, saat ini semakin banyak masyarakat yang menggunakan sepeda sebagai akomodasi untuk kegiatan sehari-hari, seperti bekerja ke kantor. Namun, sebagai seorang pesepeda sekaligus penumpang MRT, Lucy berharap agar para pesepeda pun nantinya bakal dapat mematuhi aturan yang berlaku dan menghormati penumpang MRT lainnya.

Maka itu, ia pun berharap agar pihak MRT menyiapkan aturan dan sanksi yang tegas bagi para pesepeda yang melanggar. “Sehingga fasilitas yang ada di gerbong kereta maupun stasiun tidak rusak karena pesepeda diizinkan masuk,” kata Lucy.

Pesepeda lainnya, Nur Soleh (25) juga mengaku tidak setuju jika sepeda non lipat diperbolehkan masuk ke MRT. Sebab, kata dia, teknis dan fasilitas bagi para penumpang MRT yang membawa sepeda non lipat harus dipersiapkan dengan sebaik mungkin. Sehingga tidak akan mengganggu mobilitas para penumpang MRT yang lainnya.

"Jangan sampai penumpang MRT yang enggak bawa sepeda nanti malah terganggu dengan kebijakan ini," ujar Nur.

Berdasarkan pantauan Republika, sejumlah rambu bagi para pesepeda yang hendak menaiki MRT sudah terpasang. Salah satunya di Stasiun Bundaran Hotel Indonesia (HI). Rambu itu memiliki warna dasar biru muda dengan gambar sepeda.

Sebelumnya, Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) William P Sabandar menjelaskan, selama ini MRT Jakarta hanya memperbolehkan sepeda lipat (folded bike) untuk bisa masuk ke dalam kereta. Dia menyebut, pihaknya juga akan menyiapkan fasilitas bagi sepeda nonlipat.

"Nantinya akan ada gerbong khusus yang akan kita peruntukan. Ini sedang kita godok konsepnya. Dengan inisiatif ini, Jakarta akan semakin ramah bukan hanya pada pejalan kaki, melainkan juga para pesepeda," kata William.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement