Jumat 26 Mar 2021 17:26 WIB

Studi: Kaum Muda Beralih ke Makanan Junk Food Saat Pandemi

Junk food untuk mengatasi suasana hati yang buruk selama pandemi Covid-19

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Gita Amanda
Junk food atau makanan tidak sehat. Ilustrasi
Foto: Greatist
Junk food atau makanan tidak sehat. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi dari Economic and Social Research Institute (ESRI) mengungkapkan beberapa kaum muda dan anak-anak telah beralih ke makanan cepat saji (junk food) dan permen untuk mengatasi suasana hati yang buruk selama pandemi Covid-19.

Dilansir dari independent.ie pada Jumat (26/3), survei online terbaru yang dilakukan oleh ESRI mengungkapkan kalau kaum muda terutama anak perempuan dan remaja putri beralih ke makanan cepat saji sebagai mekanisme penanggulangan selama pandemi Covid-19.

Baca Juga

Survei menemukan kalau 29 persen anak berusia 12 tahun dan 44 persen anak berusia 22 tahun mengonsumsi lebih banyak junk food atau permen sejak wabah, sementara 12 persen anak berusia 12 tahun dan 11 persen anak berusia 22 tahun melaporkan makan lebih sedikit permen dan lebih sedikit junk food.

Sepertiga dari anak perempuan berusia 12 tahun dan hampir setengah (49 persen) dari wanita berusia 22 tahun melaporkan makan lebih banyak junk food dan permen dibandingkan dengan hanya 26 persen anak laki-laki berusia 12 tahun dan 11 persen pria berusia 22 tahun.

Studi ini juga menemukan kalau jumlah orang dewasa muda dengan skor lebih tinggi pada ukuran gejala depresi meningkat secara substansial sejak tingkat pra-pandemi diukur untuk kelompok ini pada usia 20 tahun dari 27 persen menjadi 48 persen.

Namun, survei tersebut menemukan kalau terlepas dari kesulitan mereka saat ini, kaum muda dan orang tua mereka optimistis dengan kehidupan mereka setelah pandemi selesai. Mayoritas anak berusia 22 tahun 72 persen mengatakan kalau mereka optimistis dengan masa depan mereka, sementara 88 persen orang tua dari anak berusia 12 tahun juga optimistis tentang masa depan anak-anak mereka.

"Temuan pertama dari survei ini menunjukkan dampak pandemi pada pengalaman hidup anak-anak dan dewasa muda tetapi juga menyoroti variasi antara individu dan dampak yang tidak setara pada kelompok sosial ekonomi yang berbeda,” kata penulis studi tersebut.

Survei tersebut juga mengungkapkan bahwa kedua kelompok menghabiskan lebih banyak waktu untuk berbicara dengan teman secara online atau di telepon selama pandemi serta menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga dan terlibat dalam waktu layar "informal" yang tidak terkait dengan pekerjaan atau studi.

Tidak mengherankan, mayoritas anak usia 12 tahun (59 persen) menghabiskan lebih sedikit waktu untuk mengambil bagian dalam kegiatan budaya terorganisir selama pandemi, sementara 81 persen dari usia 22 tahun melaporkan menghabiskan lebih sedikit waktu untuk bertemu teman mereka secara langsung.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement