Sabtu 27 Mar 2021 05:15 WIB

PM Ethiopia: Eritrea Sepakat Tarik Pasukan dari Perbatasan

Banyak laporan yang menyebutkan pasukan Eritrea melakukan pembunuhan

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Konflik Ethiopia dan Eritrea
Foto: Tigrai Online
Konflik Ethiopia dan Eritrea

REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed mengatakan Eritrea sudah sepakat menarik pasukannya dari wilayah yang berbatasan dengan Ethiopia. Hal itu disampaikan beberapa hari setelah mengakui pasukan Eritrea masuk ke wilayah Tigray di Ethiopia selama perang yang sudah berlangsung hampir lima bulan.

"Eritrea telah setuju untuk menarik pasukan keluar dari perbatasan Ethiopia," kata Abiy dalam pernyataannya di Twitter, Jumat (26/3).

Baca Juga

Ia baru pulang dari Asmara, ibu kota Eritrea untuk bertemu Presiden Isaias Afwerki. Abiy menambahkan Pasukan Pertahanan Nasional Ethiopia akan segera menjaga wilayah perbatasan.

Menteri Informasi Eritrea Yemane Gebremeskel belum menjawab permintaan komentar. Sudah ribuan orang tewas dalam pertempuran antara pasukan pemerintah Ethiopia dengan pasukan mantan penguasa daerah Tigray People’s Liberation Front (TPLF) yang dimulai bulan November lalu.

Perang tersebut memaksa raturan ribuan orang terpaksa meninggal daerah yang berpopulasi lima juta orang itu. Pemerintah Ethiopia mendeklarasikan kemenangan pada akhir November lalu tapi masih terjadi bertempuran di beberapa titik.

Pada Kamis (25/3) kemarin organisasi kemanusiaan Medecins Sans Frontieres (MSF) mengatakan staf mereka melihat pasukan Ethiopia menembak empat warga sipil Tigray pekan ini. Kamis kemarin juga untuk pertama kalinya Abiy mengakui pasukan Eritrea masuk ke wilayah Tigray selama perang terjadi.

Pasukan Eritrea masuk jauh lebih dalam dari daerah perbatasan bersama dengan Ethiopia. Dalam beberapa bulan terakhir terlihat ratusan pasukan berseragam angkatan bersenjata Eritrea berkeliling kota-kota dan jalan-jalan besar kota Mekelle, ibukota wilayah Tigray.

Banyak laporan yang menyebutkan pasukan Eritrea melakukan pembunuhan, penyiksaan, dan pemerkosaan di wilayah itu. Pada bulan ini Menteri Luar Negeri AS Antony Bliken mengatakan ia ingin melihat pasukan Eritrea dan pasukan di wilayah Amhara diganti dengan pasukan keamanan yang lebih menghormati hak asasi manusia. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement