Jumat 26 Mar 2021 15:25 WIB

30 Juta UMKM Bangkrut, Sisanya Bertahan dengan Digitalisasi

Pandemi telah membuat mayoritas UMKM bangkrut.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Produk kerajinan UMKM.  (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan
Produk kerajinan UMKM. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dampak pandemi Covid-19 pada industri Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sangat signifikan. Direktur Departemen Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen Bank Indonesia, Bandoe Widiarto mengatakan dampak positif dirasakan oleh UMKM yang bertransformasi digital.

"Kita lihat memang UMKM yang berpindah dari layanan tradisional ke online itu mengalami peningkatan," katanya dalam Pelatihan Wartawan Ekonomi Bank Indonesia, Jumat (26/3).

Baca Juga

Dalam survei UMKM yang dilakukan Bank Indonesia, sebanyak 12,5 persen  mengatakan tidak terdampak negatif pandemi Covid-19. Sebanyak 27,6 persen diantaranya menunjukkan peningkatan penjualan dan 72,4 persen menyatakan stabil.

Sebanyak 40,8 persen mulai menerapkan strategi untuk meminimalisir dampak dan 65,6 persen diantaranya mulai berjualan secara online. Sementara itu, 87,5 persen mengatakan terdampak negatif karena pandemi, rata-rata mengalami penurunan penjualan antara 30-50 persen.

"Untuk meminimalisasi dampak, 70 persen UMKM mulai berjualan online, hanya 15 persen yang pinjam ke lembaga keuangan," katanya.

Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo), M Ikhsan Ingratubun juga mengatakan bahwa pandemi telah membuat mayoritas UMKM bangkrut. Menurutnya, jumlah UMKM telah berkurang pada 2020 menjadi 34 juta unit dari 64,7 juta unit pada 2019.

Ia mencatat jenis UMKM kuliner terdapat sebanyak 35 persen, fashion 22 persen, kerajinan tangan 17 persen, dan lain-lain termasuk pertanian yakni 26 persen. Menurutnya, sebanyak tujuh juta tenaga kerja informal itu kehilangan pekerkaan.

Mayoritas sektor yang gulung tikar adalah UMKM pariwisata imbas Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Mayoritas hanya bertahan 2-3 bulan saja. Ia mengatakan sebagian UMKM lain yang terdampak adalah di sektor kuliner dan fashion.

"Sekarang memang sudah ada banyak yang bangkit tapi tetap belum pulih," katanya.

Salah satu yang membuat UMKM dapat bertahan adalah digitalisasi dengan berjualan secara online. Menurut Ikhsan saat ini adalah kesempatan luar biasa untuk mulai pengembangan digitalisasi UMKM karena terbukti disambut sangat baik oleh konsumen.

Namun demikian, muncul permasalahan lain. Seperti perang harga di marketplace yang membuat UMKM Indonesia kalah saing. Menurut Ikhsan, permasalahan ini sudah disampaikan pada pemerintah.

"Kami lakukan sebagai Asosiasi itu meminta pemerintah untuk mengatur hal ini juga, turun tangan untuk permasalahan harga, karena ini sudah tidak bisa lagi dielakkan," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement