Jumat 26 Mar 2021 08:41 WIB

Lockdown Rusak Harapan, Harga Minyak Anjlok

Masalah logistik di Terusan Suez turut menyebabkan harga minyak turun.

Kilang minyak di Midland, Texas, Amerika Serikat.
Foto: AP News
Kilang minyak di Midland, Texas, Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak anjlok sekitar empat persen per barel pada akhir perdagangan Kamis (25/3), setelah melonjak sekitar enam persen sehari sebelumnya. Ini memperpanjang serangkaian pelemahan pasar akibat penguncian baru di Eropa dan Asia untuk mencegah meningkatnya tingkat infeksi virus corona.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei merosot 2,46 dolar AS atau 3,8 persen, menjadi ditutup di 61,95 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terpangkas 2,62 dolar AS atau 4,3 persen, menjadi menetap di 58,56 dolar AS per barel.

Baca Juga

Harga kehilangan banyak keuntungan dari sesi sebelumnya yang mengikuti berita kapal kontainer terbesar kandas di Terusan Suez. Kapal tersebut masih belum dibebaskan, tetapi untuk saat ini pasar mengabaikan rintangan itu, karena hanya sebagian kecil dari minyak mentah dunia yang dikirim melalui Terusan Suez.

Pada Rabu (24/3), minyak mentah berjangka AS dan Brent masing-masing melonjak 3,42 dolar atau 5,9 persen dan 3,62 dolar AS atau 6,0 persen, setelah sebuah kapal terjebak di Terusan Suez mengancam aliran minyak melalui jalur perairan penting tersebut.

Negara-negara di Eropa memperbarui pembatasan untuk mengekang kasus Covid-19, yang akan mengurangi permintaan dari wilayah tersebut. Jerman, ekonomi terbesar Eropa, mengalami peningkatan kasus virus corona terbesar sejak Januari.

"Jerman, Italia dan wilayah lain di zona euro sedang mundur dan perusakan permintaan pada dasarnya luar biasa," kata Bob Yawger, pedagang di Mizuho di New York.

Di beberapa bagian India barat, pihak berwenang memerintahkan orang-orang di dalam ruangan ketika infeksi virus corona baru mencapai level tertinggi dalam lima bulan.

Dolar yang kuat juga membebani harga minyak. Dolar mencapai level tertinggi baru empat bulan terhadap euro karena respons pandemi AS terus melampaui Eropa. Kenaikan dolar AS membuat minyak dalam denominasi greenback lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, bersama-sama disebut OPEC+, diperkirakan akan membatalkan pembatasan pasokan mereka saat ini hingga Mei pada pertemuan yang dijadwalkan 1 April, empat sumber OPEC+ mengatakan kepada Reuters. Kelompok tersebut baru-baru ini menolak untuk meningkatkan pasokan karena kekhawatiran bahwa infeksi Covid-19 akan meningkat lagi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement