Jumat 26 Mar 2021 05:05 WIB

Perbedaan Waktu Subuh Diharapkan tak Jadi Masalah

Tim falakiyah menyepakati waktu Subuh pada posisi Matahari minus 20 derajat.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Esthi Maharani
Seorang jamaah Muslim menghadiri sholat subuh di sebuah masjid, di Rawalpindi, Pakistan. Selasa, 21 April 2020. Ramadhan dimulai dengan bulan baru akhir pekan ini, umat Islam di seluruh dunia berusaha mencari cara untuk mempertahankan banyak ritual berharga dari bulan paling suci Islam.
Foto: AP /Anjum Naveed
Seorang jamaah Muslim menghadiri sholat subuh di sebuah masjid, di Rawalpindi, Pakistan. Selasa, 21 April 2020. Ramadhan dimulai dengan bulan baru akhir pekan ini, umat Islam di seluruh dunia berusaha mencari cara untuk mempertahankan banyak ritual berharga dari bulan paling suci Islam.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) melalui Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Mohammad Agus Salim menyampaikan bahwa tim falakiyah menyepakati waktu Subuh pada posisi Matahari minus 20 derajat.  Sementara itu, Sidang Pleno IV Musyawarah Nasional Tarjih Muhammadiyah menerima dan mengesahkan hasil Sidang Komisi VI tentang kriteria awal waktu Subuh. Sidang Pleno IV ini menetapkan ketinggian Matahari awal waktu Subuh minus 18 derajat. Artinya, Muhammadiyah memundurkan 8 menit dari awal waktu Subuh yang selama ini berlaku.

"Kita berpesan (perbedaan waktu Subuh) jangan sampai ribut dan jadi masalah," kata Agus kepada Republika di Millenium Hotel Sirih, Jakarta, Kamis (25/3).

Agus mengatakan, umat Islam Indonesia silahkan mengikuti waktu subuh yang telah ditetapkan tim falakiyah pemerintah. Tapi kalau mau memakai waktu Subuh yang ditetapkan Muhammadiyah juga silahkan. Ada perbedaan itu wajar, tapi jangan sampai ribut dan jadi masalah.

Ia juga menyampaikan, waktu Subuh yang selama ini dipakai sudah jadi kesepakatan tim falakiyah. Kesepakatan ini sudah disidangkan dan dimusyawarahkan.

Agus menceritakan, pada tahun 2018, tim falakiyah telah melakukan penelitian dan menyepakati waktu Subuh pada posisi Matahari minus 20 derajat. Di dalam tim falakiyah itu juga terdapat perwakilan dari Muhammadiyah dan ormas Islam lainnya, termasuk dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Observatorium Bosscha, dan Planetarium.

"Bosscha, Lapan dan semua ahli falakiyah kita masih sepakat minus 20 derajat (waktu Subuh pada posisi Matahari minus 20 derajat)," ujarnya.

Agus mengatakan, pemerintah masih memakai waktu Subuh hasil kesepakatan tim falakiyah. Tapi kalau warga Muhammadiyah ingin memakai waktu Subuh yang disepakati Muhammadiyah, silahkan saja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement