Kamis 25 Mar 2021 15:53 WIB

Bulog Jatim Diminta Tingkatkan Serapan Beras dari Petani

Serapan beras maksimal dari Bulog merupakan upaya perlindungan terhadap petani.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Friska Yolandha
Pekerja memanen padi di Kota Madiun, Jawa Timur, Kamis (25/3).
Foto: Antara/Siswowidodo
Pekerja memanen padi di Kota Madiun, Jawa Timur, Kamis (25/3).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa meninjau gudang Bulog Divre Jawa Timur dan meminta meningkatkan penyerapan beras dari petani. Saat ini, serapan beras dari petani oleh Bulog Jatim adalah 1.500 ton per hari. Khofifah meminta ditingkatkan menjadi 2.000 ton per hari. Jika serapan Bulog belum maksimal, Khofifah meminta BUMN lainnya ikut menyerap.

“Jadi pergerakan penyerapan beras oleh Bulog harus ditingkatkan. Jika biasanya Bulog menyerap beras masyarakat 1.500 ton per hari, maka hari ini saya minta  bergerak menjadi 2.000 ton per hari,” kata Khofifah di gudang Bulog Divre Jatim, Surabaya, Kamis (25/3).

Khofifah menekankan, peningkatan serapan beras petani oleh Bulog harus dilakukan seiring akan tibanya masa puncak panen padi. Masa puncak panen padi diperkirakan terjadi pada ahir Maret hingga pertengahan April  2021. Serapan maksimal yang dilakukan Bulog menurutnya sebagai langkah kongkrit perlindungan pemerintah pada petani.

“Saya juga sudah sampaikan usul ke pemerintah pusat, kalau ada beras yang harus diserap jangan sampai harga  gabah dan beras di bawah HPP. Saya juga usul agar ada kebijakan seperti tahun lalu, dimana Bank Himbara ikut menyerap beras saat puncak panen,” ujar Khofifah. 

Khofifah berharap, perlindungan terhadap petani, terutama produsen beras benar-benar bisa diberikan. Apalagi upaya tersebut bisa berseiring dengan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. 

Khofifah juga minta tambahan dukungan Kementerian BUMN dan Kementerian Pertanian untuk mengupayakan penyediaan drier atau mesin pengering bagi petani. Agar mereka lebih mudah mengeringkan gabah, apalagi di tengah musim hujan seperti saat ini.

Khofifah mengungkapkan, Provinsi Jawa Timur kembali mencetak prestasi di bidang produksi padi. Berdasarkan rilis BPS pada Maret 2021, Jatim menjadi daerah penghasil padi terbesar di Indonesia. Dengan luas panen yang mencapai 1.754.380 hektar, Jawa Timur dapat menghasilkan padi sebanyak 9.944.538 ton GKG atau setara 5.712.597 ton beras.

"Ini membuktikan bahwa program yang dijalankan semua kelompok tani tepat sasaran dan dapat terlaksana dengan baik. Selama ini Jawa Timur menjadi barometer ketahanan pangan nasional dan turut menjaga stabilitas pangan nasional,” kata Khofifah.

Khofifah mengaku, kurang lebih ada 16 provinsi di Indonesia bagian timur yang mengandalkan suplai logistik dari Jawa Timur. Khofifah kemudian memaparkan, kabupaten/kota penyumbang terbesar produksi padi. Di antaranya Lamongan dengan produksi sebesar 886.060,99 ton atau setara beras sebesar 508.993,90 ton. Disusul, Ngawi dengan produksi sebesar 837.773,15 ton atau setara beras sebesar 481.255,17 ton. 

Selanjutnya, Bojonegoro dengan produksi sebesar 728.915,12 ton atau setara beras 418.722,13 ton. Kemudian, Jember dengan produksi sebesar 590.263,37 ton atau setara beras sebesar 339.074,24 ton, Tuban dengan produksi sebesar 507.053,88 atau setara beras sebesar  291.274,90 ton.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement