Bulan Sya'ban Disebut Bisa Ubah Takdir Seseorang, Benarkah?

Red: Ani Nursalikah

Kamis 25 Mar 2021 11:45 WIB

Bulan Sya'ban Disebut Bisa Ubah Takdir Seseorang, Benarkah? Foto: Anadolu Agancy Bulan Sya'ban Disebut Bisa Ubah Takdir Seseorang, Benarkah?

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan Sya'ban termasuk bulan istimewa bagi umat Islam. Juga dikenal sebagai bulan Rasulullah karena pada bulan tersebut beliau banyak berpuasa. 

Bahkan, tidak ada bulan selain Ramadhan yang beliau berpuasa lebih banyak daripada bulan Sya'ban. Diriwayatkan dari istri beliau, Aisyah binti Abu Bakar berkata: "Saya tidak melihat Rasulullah menyempurnakan puasa sebulan penuh selain dalam bulan Ramadhan, dan saya tidak melihat beliau berpuasa dalam suatu bulan yang lebih banyak daripada bulan Sya'ban" (HR Al Bukhari dan Muslim).

Baca Juga

Begitu hebatnya Sya'ban sampai ada banyak riwayat dhaif (lemah) bahkan maudhu' (palsu) tentang bulan Sya'ban ini, antara lain:

1. Diriwayatkan Rasulullah bersabda: "Jika tiba malam Nisfu Sya'ban maka shalatlah pada malam harinya dan berpuasalah pada siang harinya karena sesungguhnya Allah menurunkan rahmatnya pada malam itu ke langit dunia, yaitu mulai dari terbenamnya matahari. Lalu Allah berfirman, 'Adakah orang yang meminta ampun, maka akan Aku ampuni. Adakah orang yang meminta rezeki, maka akan Aku beri rezeki. Adakah orang yang tertimpa musibah maka akan Aku selamatkan. Adakah begini atau begitu? Sampai terbitnya fajar". (HR Ibnu Majah dari Ali Bin Abi Thalib). Hadits ini dhaif karena ada perawi yang bernama Abu Bakar bin Abdullah yang suka membuat hadits palsu.

2. Diriwayatkan Rasulullah bersabda: "Sungguh Allah pasti muncul di malam Nisfu Sya'ban untuk mengampuni dosa semua hamba-nya, selain mereka yang musyrik dan pendengki" (HR Ibnu Majah dari Abu Musa al Asy'ari). Hadits ini dhaif karena kelemahan Ibnu Lahi'ah dan kecurangan al-Walid bin Muslim.

3. Diceritakan kepada Ibnu Abi Mulaikah bahwa Ziyad al-Minqari (juru kisah) berkata: "Pahala ibadah di malam Nisfu Sya'ban itu menyamai pahala beribadah pada malam qadar (lailatul qadar). Maka Ibnu Abi Mulaikah mereaksi: andai saya mendengar sendiri dia berkata begitu sedang di tangan saya ada tongkat, maka saya pasti pukul dia dengan tongkat itu" (diriwayatkan oleh Abdur Razzaq). Ini bukan hadits tapi maqalah (ungkapan) Ziyad al-Minqari, sehingga tidak dapat dipedomani.

4. Dari 'Atha' bin Yasar, dia berkata: "Rasulullah tidak pernah lebih banyak berpuasa dalam bulan apa pun melebihi puasa beliau pada bulan Sya'ban. Hal ini karena dalam bulan tersebut diubah ajal orang yang mestinya mati tahun itu" (diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah). Ini juga bukan hadits tapi maqalah 'Atha' bin Yasar sehingga juga tidak dapat di pedomani.