Kamis 25 Mar 2021 00:42 WIB

Menkeu Tetap Waspadai Dinamika Global Tekan Ekonomi Nasional

Menkeu optimistis pemulihan ekonomi terjadi pada tahun ini.

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolandha
Warga melintasi kawasan Jalan Jenderal Sudirman di Jakarta, Selasa (23/3/21). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan defisit APBN pada bulan Februari 2021 Rp63,6 triliun atau mencapai 0,36 persen terhadap PDB.
Foto: Rivan Awal Lingga/ANTARA
Warga melintasi kawasan Jalan Jenderal Sudirman di Jakarta, Selasa (23/3/21). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan defisit APBN pada bulan Februari 2021 Rp63,6 triliun atau mencapai 0,36 persen terhadap PDB.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah tetap mewaspadai pemulihan ekonomi yang sudah mulai terlihat dan terjadi di Indonesia. Hal ini mengingat berbagai dinamika global maupun domestik masih akan terjadi selama masa pandemi Covid-19.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengaku optimistis pemulihan ekonomi mulai terjadi pada tahun ini. Hal ini tercermin dari beberapa indikator ekonomi yang mulai menunjukkan tren pertumbuhan, seperti konsumsi rumah tangga dan manufaktur.

Baca Juga

“Pada 2021 kita melihat tren dari recovery masih ada," ujarnya saat Diskusi Panel Bloomberg Emerging + Frontier Forum 2021 First Series, Rabu (24/3).

Hanya saja, Sri Mulyani menyoroti kebijakan yang diambil pemerintah Amerika Serikat (AS) yang akan berdampak kepada perekonomian Indonesia. Sebab negeri Paman Sam tersebut telah menggelontorkan 1,9 triliun dolar AS sebagai stimulus yang bisa mendorong perekonomian mereka.

"Dari sisi lain juga melihat situasi dimana pasar keuangan ada anxiety respons terutama terkait dengan inflasi, dan bagaimana US treasury yield yang sudah naik 35 persen," ucapnya.

Tak hanya itu, Sri Mulyani menyebut aliran modal keluar juga bisa berdampak pada kecepatan pemulihan ekonomi nasional. Namun begitu, saat ini defisit transaksi berjalan masih tetap terjaga didukung oleh surplus neraca perdagangan 1,96 miliar dolar AS pada Februari 2021.

"Ada dua sisi pisau yang melihat ekspor dan impor tertama impor capital good adalah faktor yang akan memberi dampak pada kecepatan perbaikan ekonomi Indonesia. Neraca perdagangan sudah mulai surplus, tapi kita sedang berupaya menarik investasi," ungkapnya.

Selain itu, pemerintah menilai bahwa rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia kisaran 38 persen masih relatif rendah. Dari sisi lain, beberapa isu fundamental juga tetap menjadi perhatian dalam upaya mendorong pemulihan ekonomi.

"Ada beberapa isu fundamental yang harus diperhatikan, yakni termasuk didalamnya reformasi struktural, pendidikan dan kesehatan, jaring pengaman sosial, kemudian infrastruktur dan birokrasi serta iklim investasi yang perlu dilihat pada 2021 sebagai sebuah optimisme namun tetap waspada," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement