Rabu 24 Mar 2021 13:15 WIB

Upaya Mendorong Milenial Masuk Bisnis Pertanian

Sektor pertanian mengalami krisis regenerasi karena kurangnya peminat anak muda

Managing Director Ewindo Glenn Pardede
Foto: .
Managing Director Ewindo Glenn Pardede

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 yang melanda dunia dan Indonesia selama setahun terakhir bisa menjadi pintu masuk mengajak milenial menerjuni bisnis di sektor pertanian. Terbukti, selama pandemi ini pertanian menjadi sektor usaha yang paling kecil terkoreksi pertumbuhannya.

Seperti halnya yang dilakukan perusahaan benih sayuran PT East West Seed Indonesia (Ewindo). Managing Director Ewindo Glenn Pardede mengatakan perusahaan memiliki komitmen kuat untuk mendorong milenial untuk masuk di bisnis pertanian. Sebagai perusahaan yang selama puluhan tahun mendampingi petani sayuran di Indonesia, Ewindo telah melakukan sejumlah strategi agar generasi muda tertarik menekuni bisnis pertanian.

Langkah yang sudah dilakukan antara lain pembinaan dan pendampingan petani muda di berbagai daerah. Lalu pemanfaatan teknologi informasi dan pengembangan aplikasi pertanian Sipindo serta membangun jejaring antara petani dengan pasar modern.  

“Tahun ini kami mentargetkan untuk membina sekitar 500 petani milenial yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Selain pendampingan, transfer teknologi dan akses terhadap benih sayuran yang berkualitas tinggi, ,elalui aplikasi Sipindo, mereka dapat mengelola bisnis pertaniannya dengan lebih baik dan semakin menguntungkan, dan diharapkan hal ini akan menular ke generasi muda lainnya," ujar Glenn.

Selain itu, Glenn menambahkan, perusahaan nyang dikenal dengan produk 'Cap Panah Merah' ini juga mengembangkan Panah Merah Store untuk memudahkan petani termasuk petani urban mendapatkan benih asli secara online. "Karenanya kami sangat mendukung program 5.000 petani milenial yang dicanangkan oleh Pemprov Jabar sebagai salah satu upaya untuk mendorong minat anak muda untuk menjadi petani yang pada akhirnya untuk meningkatkan jumlah petani,” ujarnya.

Rabu (24/3) ini, Ewindo juga menggelar webinar bertajuk Peluang Petani Millenial di Era Digital. Webinar yang merupakan salah satu rangkaian upaya Ewindo untuk mendorong generasi milenial terjun di bisnis pertanian ini mengundang Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang diwakili oleh Kepala Biro Perekonomian Sekretariat Daerah Jawa Barat Benny Bachtiar. WEbinar dihadiri pula oleh Managing Director Ewindo Glenn Pardede, sejumlah pengembang aplikasi pertanian, perbankan, akademisi, dan petani milenial dari sejumlah daerah di Tanah Air.

Data Kementerian Pertanian mengungkapkan petani muda Indonesia berusia 20-39 tahun hanya berjumlah 2,7 juta orang atau sekitar 8 persen dari total petani yang sebanyak 33,4 juta orang. Sektor pertanian mengalami krisis regenerasi karena berkurangnya peminat anak-anak muda.

Padahal, ujar Glenn, berdasarkan hasil penelitian The Economist Inteligence Unit (EIU) mengenai sektor usaha yang terdampak krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19 sektor pertanian terbukti terkena dampak paling kecil dibandingkan sektor lain. Hal ini terjadi karena dampak dari pembatasan sosial relatif minimal pada sektor pertanian, walaupun masih ada resiko dari disrupsi rantai penawaran (supply chain) dan terpuruknya permintaan.

Akibat pandemi, EIU merevisi pertumbuhan sektor manufaktur sebesar 3,0 persen menjadi -1,5 persen (terkoreksi -4,5 persen). Lalu pertumbuhan sektor jasa direvisi sebesar 7,2 persen menjadi 2,4 persen (terkoreksi -4,8 persen), dan pertumbuhan sektor pertanian hanya direvisi dari 4,1 persen menjadi 3,2 persen (-0,9 persen).

Selain itu, sejarah krisis di Indonesia, misalnya krisis moneter 1997-1998 juga menyisakan catatan relatif bertahannya sektor pertanian. Sektor pertanian justru menampung kembali tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan di perkotaan.

Menurut data BPS penjualan benih dan pot mengalami peningkatan masif sebesar 1.000 persen dari 100 ribu unit di masa sebelum pandemi menjadi 1,1 juta unit selama pandemi.

"Tampaknya peran sektor pertanian sebagai sektor penyangga (buffer sector) di masa krisis terulang kembali pada resesi dunia dan pandemi Covid-19 yang masih kita alami hingga saat ini," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement