Selasa 23 Mar 2021 09:15 WIB

Uruguay Konfirmasi Keberadaan Covid-19 Varian Brasil

Hadirnya Covid-19 varian Brasil di Uruguay dinilai menjadikan penanganan lebih rumit

Red: Nur Aini
 Orang-orang menikmati pantai selama pandemi COVID-19 di Montevideo, Uruguay, Minggu, 10 Januari 2021.
Foto: AP Photo/Matilde Campodonico
Orang-orang menikmati pantai selama pandemi COVID-19 di Montevideo, Uruguay, Minggu, 10 Januari 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, MONTEVIDEO -- Uruguay mengonfirmasi pada Senin (22/3) bahwa pihaknya telah mendeteksi keberadaan dua varian virus corona yang berasal dari negara tetangga Brasil, ketika negara kecil Amerika Selatan itu menghadapi lonjakan kasus dan kematian.

Para ilmuwan memeriksa 175 sampel Covid-19 yang diambil dari seluruh negeri dan menemukan jenis P1 Brasil di 24 sampel di antara yang diperiksa dan varian P2 di empat sampel. Gregorio Iraola, seorang ilmuwan yang tergabung dalam Inter-Institutional Working Group (GTI) Uruguay yang mengurut genom kasus Covid-19, mengatakan varian P2 sekarang sedang ditularkan dalam komunitas yang lebih luas ketimbang yang dibawa dari luar negeri, membuat penanganan wabah "lebih rumit."

Baca Juga

Presiden Uruguay Luis Lacalle Pou mengadakan rapat kabinet pada Selasa (23/3) untuk membahas masalah tersebut. Uruguay, yang memiliki populasi 3,5 juta, dalam beberapa pekan terakhir mengalami lonjakan kasus baru, kematian dan permintaan tempat tidur perawatan intensif rumah sakit, dengan tingkat hunian untuk tempat tidur perawatan intensif mencapai 64 persen, kata Perhimpunan Pengobatan Perawatan Intensif Uruguay dalam sebuah laporan. Pasien Covid-19 menyumbang 22 persen dari tempat tidur tersebut.

Ia memperingatkan bahwa jika tindakan mendesak tidak diambil untuk mengurangi infeksi, hunian tempat tidur rumah sakit bisa melonjak hingga 85 persen pada 4 April. Baik jenis P1 maupun P2 Covid-19 telah diidentifikasi saat menyebar dengan cepat di Brasil, yang memikul beban kasus harian tertinggi di dunia saat ini.

Studi awal menunjukkan bahwa kedua jenis Covid-19 itu dapat mengatasi beberapa antibodi, meningkatkan kemungkinan seseorang terinfeksi kembali dan mengurangi kemanjuran vaksin. Studi Universitas Oxford yang diterbitkan minggu lalu menunjukkan bahwa antibodi yang dikembangkan melalui penyakit alami dan vaksin masih dapat menetralkan varian tersebut, meskipun pada tingkat yang lebih rendah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement