Selasa 23 Mar 2021 02:43 WIB

Puluhan Diplomat Barat Berkumpul di Depan Pengadilan China

Pengadilan China menggelar sidang kasus spionase.

Rep: Febryan A/ Red: Nidia Zuraya
Bendera Amerika Serikat dan China.
Foto: AP / Andy Wong
Bendera Amerika Serikat dan China.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Lebih dari 20 diplomat Barat bersatu menggelar semacam pertunjukkan publik di depan pengadilan China yang sedang menyidangkan kasus spionase dengan tedakwa warga Kanada pada Ahad (21/3) waktu setempat. Mereka prihatin dengan risiko penahanan sewenang-wenang di negeri Tirai Bambu itu.

Persidangan itu berlangsung di Pengadilan Menengah Rakyat Nomor 2 Beijing. Terdakwanya adalah warga Kanada bernama Michael Kovrig. Ia adalah analis kelompok krisis internasional dan mantan diplomat Kanada yang dituduh memata-matai rahasia negara China.

Baca Juga

Perwakilan dari Amerika Serikat (AS), Inggris, Uni Eropa, dan banyak negara Eropa ditolak secara massal saat mencoba menghadiri persidangan tersebut. Alasannya karena keamanan nasional. Apa boleh buat, sejumlah diplomat itu lantas berkumpul di depan gedung pengadilan .

"Michael Kovrig telah ditahan sewenang-wenang selama lebih dari dua tahun hingga sekarang, tepatnya 833 hari," kata Jim Nickel, diplomat di kedutaan Besar Kanada untuk China.

"Ini (penahanan sewenang-wenang) sama sekali tak dapat diterima. Sama halnya dengan kurangnya transparansi dalam proses pengadilan ini," imbuh Nickel sebagaimana dilansir Bloomberg, Senin (22/3).

Baca juga : Pengkritik Erdogan Dijatuhi Hukuman 3,5 Tahun Penjara

Di antara puluhan diplomat itu, salah satunya adalah William Klein yang merupakan seorang pejabat di Kedutaan Besar AS untuk China. Klein berkata kepada wartawan bahwa Washington berdiri "bahu membahu" dengan Ottawa dalam masalah ini.

Persidangan terhadap Kovrig digelar beberapa hari setelah sidang kasus pencurian rahasia negara dan menjualnya ke negara lain dengan terdakwa warga Kanada lainnya, yakni Michael Spavor.

Kovrig dan Spavor ditangkap pada Desember 2018. Keduanya diringkus petugas China setelah Kanada menahan eksekutif Huawei Technologies Co., Meng Wanzhou, yang merupakan respons atas permintaan ekstradisi AS.

AS mengupayakan ekstradisi Meng, putri dari pendiri Huawei itu, untuk mengadilinya atas tuduhan penipuan. China lah yang mengaitkan kasus Meng dengan penahanan Kovrig dan Spavor.

Hal itu diketahui ketika seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri China pada tahun lalu mengatakan, jika Kanada menghentikan ekstradisi Meng, maka dapat membuka ruang untuk penyelesaian situasi kedua warga Kanada itu.

Kanada mengkritik penanganan China atas kasus kedua pria tersebut. Menteri Luar Negeri Kanada Marc Garneau mengatakan negaranya sangat terganggu oleh kurangnya transparansi seputar proses  ini. Pada hari Jumat, Perdana Menteri Justin Trudeau menyebut situasi itu sama sekali tidak dapat diterima.

Baca juga : Inggris Sanksi Pejabat China atas Pelanggaran HAM Uighur

Kedutaan Besar China di Ottawa membantah komentar tersebut. Seorang juru bicara yang tidak disebutkan namanya dalam sebuah pernyataan di situs kedutaan berkata: "ini hanya memutarbalikkan fakta."

"Di satu sisi, pihak Kanada mengklaim bahwa mereka menjunjung supremasi hukum, tetapi di sisi lain, membuat pernyataan yang tidak bertanggung jawab sehubungan dengan penanganan kasus yang relevan di China sesuai dengan hukum," kata juru bicara kedutaan China itu.

BACA JUGA: Dewa Kipas Dapat Pelajaran Berharga dari GM Irene Sukandar

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement