Senin 22 Mar 2021 20:18 WIB

Pilpres 2024, Momennya Anies Versus Prabowo?

Prabowo tidak punya kesulitan maju lagi di Pilpres karena keterwakilan Gerindra.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Ketum Gerindra Prabowo Subianto. Anies dan Prabowo diperkirakan akan bersaing ketat di Pilpres 2024.
Foto: Republika/Wihdan
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Ketum Gerindra Prabowo Subianto. Anies dan Prabowo diperkirakan akan bersaing ketat di Pilpres 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rizky Suryarandika, Flori Sidebang, Nawir Arsyad Akbar, Haura Hafizah

Poster deklarasi sejumlah pasangan capres dan cawapres mulai beredar sejak pekan lalu. Meski hingga kini belum ada pasangan yang dipastikan bukan hoaks, tapi sejumlah nama memang telah diperkirakan akan maju sebagai calon kuat di Pilpres 2024.

Baca Juga

Direktur Eksekutif Indo Barometer, Muhammad Qodari, meramalkan pilpres 2024 akan diisi duel Anies Baswedan versus Prabowo Subianto. Pernyataan Qodari menanggapi survei Lembaga Indikator Politik Indonesia (IPI) mengenai Pilpres 2024 yang menjadikan anak muda sebagai responden.

Hasil survei IPI memang memposisikan Anies sebagai capres pilihan tertinggi. Lalu Prabowo duduk di urutan kelima.

"Sesuai saja dengan bacaan saya kalau misalnya gagasan Jokowi-Prabowo di 2024 tidak bisa dilaksanakan, maka Pilpresnya nanti kemungkinan besar akan berhadapan antara Anies dengan Prabowo Subianto," kata Qodari dalam keterangan yang disampaikan pada wartawan, Senin (22/3).

Qodari menjabarkan ramalannya didasari gagasan bahwa Prabowo pasti akan berkompetisi di Pilpres 2024 lantaran Partai Gerindra punya keterwakilan yang tinggi di DPR RI. Menurutnya, Gerindra hanya perlu dukungan satu partai menengah guna memenuhi presidential threshold.

"Kemungkinan besar koalisinya nanti itu koalisi yang terdiri dari Gerindra, PDIP, kemudian PKB, dan barangkali ada kemungkinan PAN," ucap Qodari.

Di sisi lain, Qodari menduga Anies bakal meraih dukungan dari PKS, Golkar, NasDem dan partai lainnya. Anies, lanjut Qodari, berpeluang besar mempertahankan popularitasnya hingga jelang Pilpres.

"Anies saya kira surveinya yang paling potensial bertahan sampai dengan masa pendaftaran (Pilpres) pada Agustus 2023," sebut Qodari.

Qodari meyakini Anies punya basis pendukung yang jelas karena dianggap perwakilan umat Islam. Kemudian, Anies berpeluang mendapat simpati dari para mantan pemilih Prabowo-Sandi pada Pilpres 2019 yang kecewa.

"Anies di Pilkada DKI Jakarta itu di-frame atau dicitrakan sebagai calonnya umat Islam. Pada waktu itu berhadapan dengan Ahok dan isu-isu yang membuat menang Anies pada saat itu tidak bisa lepas dari masalah penistaan agama dari Gerakan 411 dan 212," ujat Qodari.

Sebelumnya, IPI melakukan simulasi terhadap 17 nama calon presiden dalam survei nasional anak muda pada Maret 2021. Anies Baswedan mendapat suara tertinggi dibandingkan sejumlah nama lainnya.

Anies Rasyid Baswedan (15,2 persen), Ganjar Pranowo (13,7 persen), dan Ridwan Kamil atau Kang Emil (10,2 persen) menjadi tiga tokoh teratas yang dipilih anak muda jika pemilihan presiden dilakukan sekarang.

Berikutnya, figur yang dipilih anak muda untuk menjadi presiden adalah Sandiaga Salahuddin Uno (9,8 persen) dan Prabowo Subianto (9,5 persen).  Nama selanjutnya ada Agus Harimurti Yudhoyono (4,1 persen), Erick Thohir (1,5 persen), Tito Karnavian (1,2 persen), dan Puan Maharani (1,1 persen).

Selain itu, ada Gatot Nurmantyo, Khofifah Indar Parawansa, Ma'ruf Amin, Budi Gunawan Sadikin, Bambang Soesatyo, Airlangga Hartarto, Mahfud MD, serta Muhaimin Iskandar yang memperoleh angka di bawah satu persen. Sementara, lebih banyak anak muda yang belum memilih nama untuk menjadi presiden yakni 30,5 persen.

"Pemilih Pak Jokowi itu menyebar, sementara Anies paling banyak mendapatkan dukungan di antara mereka yang mencoblos Pak Prabowo-Sandi di Pemilu 2019 kemarin," kata Burhanuddin.

IPI melakukan survei pada 4-10 Maret 2021 kepada 1.200 responden berusia 17-21 tahun. Dengan situasi pandemi Covid-19, survei dilakukan melalui wawancara telepon.

Responden berasal dari seluruh provinsi yang terdistribusi secara proporsional. Indikator Politik Indonesia menggunakan metode simple random sampling dengan toleransi kesalahan sekitar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

"Secara umum tidak ada nama yang dominan, tetapi di antara 17 nama yang paling tinggi secara absolut itu ada Anies Baswedan di angka 15,2 persen," ujar Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi dalam rilis survei secara daring, Ahad (21/3).

Ia menjelaskan, berdasarkan sosio demografi, anak muda yang beretnis Jawa lebih banyak memilih Ganjar (22,1 persen). Sedangkan, anak muda yang beretnis Melayu lebih banyak memilih Anies (26,3 persen).

Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Jakarta, Gilbert Simanjuntak, mengatakan, hasil survei Indikator Politik Indonesia mengenai simulasi terhadap 17 nama calon presiden 2024 masih sangat dinamis dan banyak faktor dapat memengaruhi. Namun, Gilbert menyebut, hasil survei itu dapat menjadi masukan.

"Waktu yang masih panjang menuju 2024, dan beberapa faktor lain yang bisa mempengaruhi. Kerja politik partai juga akan sangat berpengaruh. Walau demikian, beberapa temuan dalam survei akan menjadi masukan," kata Gilbert saat dihubungi, Senin (22/3).

 

Selain itu, menurut Gilbert, hasil survei tersebut dilakukan dengan sejumlah keterbatasan. Di antaranya tidak dilakukan secara tatap muka hingga hanya masyarakat yang memiliki telepon genggam baik saja.

"Dengan margin of error 2,9 persen, melihat hasilnya, hanya bisa diekstrapolasi ke kelompok 17-21 tahun, terlalu berlebihan kalau diekstrapolasi ke seluruh populasi," ujarnya.

Lanjut lanjut, anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta itu menilai, selisih persentase antara Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo tidak terlalu jauh. Ia menuturkan, perubahan data masih dapat terjadi, mengingat ada 30 persen responden yang belum memberikan suaranya.

hasil survei Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo tidak memiliki selisih yang tinggi. Karena hal itu, Gilbert menilai perubahan data akan terus terjadi mengingat 30 persen koresponden belum memberikan suaranya.

"Masih bisa terbalik karena melihat margin 2,9 persen yang bisa naik atau turun sebesar itu. Disamping itu, yang belum menentukan pilihan lebih dari 30 persen," tutur dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement