Senin 22 Mar 2021 06:37 WIB

Menhan AS Lakukan Pertemuan dengan Presiden Afghanistan

Awal pekan lalu AS meminta kelompok Taliban agar tak melancarkan serangan terencana.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Andi Nur Aminah
 Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin
Foto: AP/Kim Kyung-hoon/Pool Reuters
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin mengunjungi Afghanistan pada Ahad (21/3). Dia melakukan pertemuan dengan Presiden Ashraf Ghani untuk membahas prospek perdamaian Afghanistan.

Menurut keterangan kantor kepresidenan Afghanistan, dalam pertemuan itu Ghani dan Austin sepakat bahwa perdamaian yang adil serta langgeng adalah solusi utama untuk situasi di negara tersebut. Mereka pun menyatakan keprihatinan atas meningkatnya kekerasan di sana.

Baca Juga

"Saya sangat berterima kasih atas waktu saya bersama Presiden Ashraf Ghani hari ini. Saya datang ke Afghanistan untuk mendengarkan dan belajar. Kunjungan ini sangat membantu saya, dan ini akan menginformasikan partisipasi saya dalam tinjauan yang kami jalani di sini bersama presiden AS," kata Austin lewat akun Twitter pribadinya, dikutip laman Anadolu Agency.

Awal pekan lalu, AS, Rusia, China, dan Pakistan, meminta kelompok Taliban agar tak melancarkan serangan yang telah direncanakan menyusul adanya konferensi perdamaian Afghanistan di Moskow. Dalam konferensi itu, para pihak mendesak agar pertikaian dan permusuhan di Afghanistan segera dihentikan, kemudian begerak menuju perdamaian.

Konferensi perdamaian Afghanistan juga direncanakan digelar di Turki pada April mendatang. Ankara menyatakan siap membantu Afghanistan menyelesaikan konfliknya. Pada awal 2020, Taliban telah mencapai kesepakatan damai dengan AS selaku sekutu utama Pemerintah Afghanistan. Di bawah kesepakatan tersebut, Washington setuju untuk menarik pasukannya dari Afghanistan secara gradual.

Pada November tahun lalu, AS mengumumkan akan secara tajam mengurangi jumlah personel militernya di Afghanistan dari 4.500 menjadi 2.500. Pengumuman itu muncul karena telah terjadi peningkatan kekerasan di Afghanistan. Taliban terus melakukan serangan yang menargetkan para pemimpin pemerintah, pasukan keamanan, dan warga sipil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement