Ahad 21 Mar 2021 14:12 WIB

RSJ Provinsi Jabar Rawat 104 Pasien Kecanduan Games

Umumnya, perubahan mood/emosi termasuk iritabilitas, kemarahan dan kebosanan.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Rahmat Santosa Basarah
Psikiater memeriksa pasien anak yang mengalami kecanduan gawai di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Jawa Barat, Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Kamis (18/3). Direktur RSJ Provinsi Jawa Barat Elly Marliyani mengatakan, jumlah pasien rawat jalan pada Klinik Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja RSJ Provinsi Jawa Barat pada bulan Januari hingga Februari 2021 sebanyak 14 pasien yang mengalami masalah kejiwaan dan lima pasien murni adiksi atau kecanduan penggunaan gawai. Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Psikiater memeriksa pasien anak yang mengalami kecanduan gawai di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Jawa Barat, Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Kamis (18/3). Direktur RSJ Provinsi Jawa Barat Elly Marliyani mengatakan, jumlah pasien rawat jalan pada Klinik Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja RSJ Provinsi Jawa Barat pada bulan Januari hingga Februari 2021 sebanyak 14 pasien yang mengalami masalah kejiwaan dan lima pasien murni adiksi atau kecanduan penggunaan gawai. Foto: Republika/Abdan Syakura

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG---Anak-anak, yang kecanduan gawai dan games di Jabar semakin memperihatinkan. Hal itu terlihat dari ratusan pasien anak kecanduan gawai di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Menurut Direktur Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Jawa Barat Elly Marliyani, RSJ Provinsi Jawa Barat mencatat sepanjang 2020 pasien berobat ke Klinik Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja total ada 104 pasien, yang mengalami masalah kejiwaan terdampak kecanduan games. 

Elly menjelaskan, pada Januari – Februari ditemukan 14 kasus, sedangkan yang murni terdiagnosa kecanduan games pada 2020 sebanyak 8 orang. "Sedangkan sepanjang 2021 ini sudah ditemukan 5 kasus anak dan remaja kecanduan gawai," ujar Elly kepada wartawan akhir pekan ini.Menurutnya, kebijakan pembatasan sosial akibat COVID-19 tidak dipungkiri menyebabkan banyak anak dan remaja kecanduan gawai.  Menurut WHO, anak yang telah kecanduan gawai dapat dilihat dari perubahan sikap dan perilakunya. Umumnya,  perubahan mood/emosi termasuk iritabilitas, kemarahan dan kebosanan, gangguan pola tidur dan kualitas tidur yang buruk, depresi dan cemas serta risiko bunuh diri. "Gejala lain terlihat pada masalah kondisi fisik, buruknya kondisi kesehatan secara umum, gizi buruk, kehilangan teman di dunia nyata, konflik orang tua, serta rusaknya produktivitas belajar," katanya.

Menurut Elly, dalam merawat pasien kecanduan gawai timnya memberikan terapi berupa konseling dan psikoterapi baik kepada anak dan orang tua. “Pada kasus-kasus yang berat atau sudah ada gejala gangguan jiwa, bisa juga diberikan obat,” katanya. Untuk mencegah kecanduan gawai, kata Elly, orang tua dapat membatasi pemakaian maksimal dua jam untuk anak. Kemudian, bisa mendorong anak menggunakan internet untuk hal positif dan produktif. Memotivasi anak berkegiatan fisik di luar rumah, membatasi akses internet di rumah, serta  menjauhkan gawai saat di tempat tidur. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement