Sabtu 20 Mar 2021 14:37 WIB

Musk Sangkal Tesla Digunakan untuk Mata-matai China

Musk mendesak ada saling percaya lebih besar antara AS dan China.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Indira Rezkisari
CEO Tesla Elon Musk
Foto: AP Photo/John Raoux
CEO Tesla Elon Musk

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kepala eksekutif Tesla Inc, Elon Musk, mengatakan perusahaannya akan ditutup jika mobilnya digunakan untuk memata-matai, Sabtu (20/3. Komentar tersebut menanggapi berita militer China telah melarang Tesla dari fasilitasnya.

"Ada dorongan yang sangat kuat bagi kami untuk sangat merahasiakan informasi apa pun. Jika Tesla menggunakan mobil untuk memata-matai di China atau di mana pun, kami akan ditutup," kata Musk di China Development Forum atau pertemuan bisnis tingkat tinggi diselenggarakan oleh sebuah yayasan di bawah Dewan Negara.

Baca Juga

Musk mendesak rasa saling percaya yang lebih besar antara Beijing dan Washington terbesar di dunia. Dia sedang mengadakan panel diskusi dengan Xue Qikun, fisikawan kuantum China yang mengepalai Southern University of Science and Technology.

Sehari sebelumnya, sumber mengatakan kepada Reuters, militer China telah melarang mobil Tesla memasuki kompleksnya. Pelarangan itu dengan alasan masalah keamanan atas kamera yang dipasang pada kendaraan.

Pembatasan itu muncul ketika para diplomat top China dan Amerika Serikat (AS) mengadakan pertemuan di Alaska. Pertemuan itu menjadi interaksi tatap muka pertama sejak Presiden AS Joe Biden menjabat pada Januari.

China menjadi pasar mobil terbesar di dunia dan medan pertempuran utama untuk kendaraan listrik (EV). Tesla menjual 147.445 kendaraan tahun lalu, 30 persen dari total globalnya. Namun, perusahan tersebut menghadapi lebih banyak persaingan tahun ini dari rival domestik, Nio Inc hingga Geely.

Musk telah membuat beberapa penampilan terkenal di China, ketika Tesla membuat serta menjual EV. Pada 2019, dia membahas Mars dan kecerdasan buatan dengan pendiri Alibaba, Jack Ma.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement