Sabtu 20 Mar 2021 06:47 WIB

PAN Dukung Ditundanya Kebijakan Impor Beras

BPS Sebut potensi produksi beras Januari-April 2021 diperkirakan mencapai 14,54 juta

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Agus Yulianto
Sekjen PAN Eddy Soeparno
Foto: Prayogi/Republika.
Sekjen PAN Eddy Soeparno

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN), Eddy Soeparno sependapat dengan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang mengusulkan ditundanya impor beras. Menurutnya, kebijakan itu berpotensi membuat harga beras lokal turun, sehingga mengancam kesejahteraan petani.

"Jawa Barat surplus beras artinya stok beras berlimpah dan seharusnya diserap oleh Pemerintah. Kedua Panen raya sebentar lagi dan diprediksi tepat waktu tidak mundur seperti tahun tahun sebelumnya," ujar Eddy lewat keterangan resminya, Jumat (19/3).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras nasional mencapai 31,63 juta di 2020. Potensi produksi beras sepanjang Januari-April 2021 diperkirakan mencapai 14,54 juta ton, naik 26,84 persen dibandingkan produksi pada periode yang sama di 2020.

"Tentu jauh lebih bijak jika kita bertindak berdasarkan data komprehensif  dan rinci agar serapan beras petani dalam negeri bisa lebih maksimal," ujar Eddy.

Setelah Gubernur Jawa Barat, beberapa kepala daerah lain seperti Gubernur Jawa Tengah, Gubernur Gorontalo, dan Bupati Blora juga mempertanyakan kebijakan Impor beras di tengah panen raya ini. Pasalnya, kebijakan tersebut tentu akan merugikan para petani.

"Akan sangat bijak jika Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian menerima masukan dan mendengarkan aspirasi kepala daerah sebelum mengambil kebijakan impor beras ini," ujar Eddy.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi menegaskan, rencana impor beras hanya untuk menstabilkan harga beras. Pemerintah tidak ingin harga beras melonjak saat pandemi dan di saat yang sama tidak akan menurunkan harga gabah kering petani.

Menurut Lutfi, pemerintah tetap menjamin harga beras dan gabah kering petani tetap stabil meskipun Indonesia tengah dilanda pandemi. Ia menilai, kritik terkait rencana impor beras satu juta ton yang dianggap akan menurunkan harga beras petani tidak tepat.

"Tidak ada niat pemerintah untuk menurunkan harga petani terutama saat sedang panen raya. Sebagai contoh, harga gabah kering petani itu tidak diturunkan," tutur Lutfi dalam keterangan yang diterima Republika.co.id, Kamis (18/3).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement