Kamis 18 Mar 2021 15:34 WIB

Polisi Selidiki Kaitan Teroris Jatim dengan Poso

Sebanyak 22 terduga teroris ditangkap di sejumlah daerah di Jatim.

Personel Densus 88 Anti Teror membawa terduga teroris menuju ke pesawat udara di Bandara Internasional Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (18/3/2021). Sebanyak 22 tahanan kasus terorisme yang berhasil ditangkap Densus 88 Anti Teror di sejumlah wilayah di Jawa Timur dipindahkan ke Mabes Polri di Jakarta.
Foto: ANTARA FOTO/Umarul Faruq
Personel Densus 88 Anti Teror membawa terduga teroris menuju ke pesawat udara di Bandara Internasional Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (18/3/2021). Sebanyak 22 tahanan kasus terorisme yang berhasil ditangkap Densus 88 Anti Teror di sejumlah wilayah di Jawa Timur dipindahkan ke Mabes Polri di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Biro Penerangan masyarakat Humas Polri, Brigjen Rusdi Hartono, menyatakan kepolisian terus menyelidiki apakah ada keterkaitan antara jaringan terorisme di Jawa Timur dan Poso, Sulawesi Tengah. "Sedang didalami Densus 88, apakah kelompok ini ada hubungannya dengan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang ada di Poso pimpinan Ali Kalora," kata Rusdi, di Bandara Soekarno Hatta, Kamis (18/3).

Detasemen khusus (Densus) 88 Anti Teror Mabes Polri menangkap 22 terduga teroris di sejumlah wilayah Jawa Timur, yakni Sidoarjo, Surabaya, Mojokerto, Kediri, Malang dan Bojonegoro. Para terduga teroris itu menamakan diri sebagai Kelompok Fahim.

Baca Juga

Rusdi mengatakan sebelum ditangkap sejumlah anggota kelompok Fahim bertemu dengan Taufik Bulaga (TB) alias Upik Lawanga. Upik Lawanga merupakan dalang dari beberapa peristiwa teror bom, seperti Bom Pasar Tentena, Bom Pasar Maesa, Bom Gor Poso, Bom Pasar Sentral, Bom Termos Nasi Tengkura, Bom Senter Kawua, dan rangkaian aksi teror lainnya pada 2004 hingga 2006.

"Hasil keterangan mereka, beberapa kali sebelum Upik Lawanga dan kelompok ini ditangkap, mereka melakukan pertemuan," ungkap Rusdi.

Beberapa waktu lalu, Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Pol Abdul Rakhman Baso, menjelaskan daftar pencarian orang (DPO) MIT Poso yang sebelumnya berjumlah 11 orang itu, terbagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok berjumlah tujuh orang, dan satu kelompok lagi berjumlah empat orang. Kelompok yang berjumlah empat orang inilah terlibat kontak tembak dengan tim Satuan Tugas Madago Raya, gabungan TNI/Polri pada Senin (1/3).

"Terbagi dua kelompok, satu kelompok yang terdiri dari empat orang dipimpin Ali Kalora, dan satu kelompok lagi tujuh orang," ujarnya. Meskipun demikian, Kapolda Sulteng sangat menyayangkan masih ada sejumlah simpatisan yang membantu DPO MIT Poso tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement