Kamis 18 Mar 2021 15:02 WIB

Akurasi, Salah Kutip, dan Kredibilitas Media Massa

Seharusnya rutinitas tak membuat para jurnalis lengah dengan akurasi.

Jurnalis (Ilustrasi)
Foto:

Mengutip pernyataan motivator dan pengusaha Amerika, Jim Rohn, “accuracy bulids credibility” maka ketidakakuratan informasi yang disebarkan media massa akan merusak kredibilitas media tersebut. Apalagi jika hal ini dilakukan secara terus-menerus meskipun tidak secara sengaja. Pembaca/penonton media akan hilang kepercayaan yang pada ujungnya akan menyebabkan media tersebut ditinggalkan audiens-nya.

Jika ini yang terjadi maka secara ekonomi hal tersebut akan merugikan medianya. Bukan tidak mungkin, media bisa ditutup karena kehilangan kredibilitas. Apakah kondisi tersebut pernah terpikir para pengelola media? Apalagi saat ini banyak yang meragukan kelangsungan hidup media massa (baik cetak, online maupun elektronik) di tengah peluang bahwa semua orang bisa memproduksi informasi dan menyebarkannya secara cepat.

Dampaknya sudah mulai terasa. Saat ini, sebagian narasumber potensial mulai membatasi dirinya dari wawancara secara langsung dengan jurnalis.

Para narasumber ini lebih suka diwawancarai secara tertulis melalui WhatsApp ketimbang wawancara langsung. Alasannya, untuk menghindari kekeliruan penulisan yang dilakukan jurnalis, yang akan berakibat fatal bagi dirinya selaku narasumber. Padahal, dari sisi jurnalistik, wawancara langsung ini lebih hidup dan lebih dapat menggali informasi yang diperlukan, ketimbang wawancara tertulis melalui media apapun.

Namun, keengganan narasumber untuk diwawancara langsung juga dapat dipahami. Bayangkan jika informasi yang disampaikan menyangkut kepentingan orang banyak dan terjadi salah kutip.

Yang lebih fatal lagi, kesalahan informasi (berita) yang sudah disebarluaskan tidak bisa diralat begitu saja. Karena hal itu seperti menabur serpihan kertas ke langit yang akan sulit untuk dikumpulkan lagi. Apalagi di zaman ini, saat jempol kita bisa dengan sekali tekan menyebarkan informasi apa pun ke seluruh dunia, seketika.

Karena itulah, seharusnya rutinitas yang membuat para jurnalis “lengah” dengan akurasi dan ketepatan informasi bisa diantisipasi. Pelatihan untuk menyegarkan kembali dasar-dasar jurnalistik, dasar penulisan berita maupun kemampuan wawancara menjadi hal yang seharusnya dilakukan secara berkala. Tak perlu bergantung pada perusahaan media untuk melakukannya. Banyak asosiasi jurnalis yang bisa menjadi medium kegiatan ini.

Namun selain itu, kesadaran dari para jurnalisnya sendiri bahwa pekerjaan mereka bukanlah pekerjaan yang berulang -seperti pekerjaan administrasi- harus dimunculkan senantiasa. Jurnalis adalah profesi yang juga dikawal dengan kode etik. Jurnalis bukan pekerjaan biasa. Karena itu, tuntutannya juga lebih tinggi, senada dengan tuntutan pada profesi lain seperti dokter atau pengacara.

Persoalan akurasi adalah hal mendasar. Termasuk di dalamnya tentang salah kutip pernyataan narasumber yang kerap dianggap sepele. Jika media massa ingin tetap bertahan sebagai pusat informasi utama, pemberi edukasi, hiburan dan pembentuk opini publik maka awak media (manajemen dan jurnalis) tak bisa tinggal diam.

Tantangan zaman ini harus ditanggapi dengan strategi yang jitu. Salah satunya dengan senantiasa meningkatkan dan mengasah kemampuan jurnalisnya. Bagaimanapun para jurnalis di lapangan adalah ujung tombak media dan mereka adalah aset yang harus dijaga.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement