Rabu 17 Mar 2021 17:02 WIB

Intel AS: Putin Jalankan Operasi Bantu Trump dalam Pilpres

Laporan intelijen menyebut ancaman utama Pilpres datang dari Rusia dan Iran.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Vladimir Putin dan Donald Trump.
Foto: EPA
Vladimir Putin dan Donald Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Laporan dari Kantor Direktur Intelijen Nasional Amerika Serikat (AS) pada Selasa (16/3) menyatakan, Presiden Rusia Vladimir Putin, menjalankan operasi untuk membantu Donald Trump dalam pemilihan presiden November lalu. Meskipun, laporan itu menunjukan tidak ada bukti bahwa ada aktor asing yang mengubah suara atau mengganggu proses pemungutan suara.

Menurut pejabat intelijen, ancaman utama datang dari Rusia dan Iran, meskipun dengan niat yang berbeda dan melalui cara yang berbeda.  Dalam kasus Rusia, negara ini berusaha untuk merongrong pencalonan Biden karena menganggap kepresidenannya bertentangan dengan kepentingan Kremlin.

Baca Juga

Laporan itu juga mengatakan, Putin mengesahkan 'operasi pengaruh' yang bertujuan merendahkan Biden, meningkatkan citra Trump, merusak kepercayaan dalam pemilu, dan memperburuk perpecahan sosial di AS.

Sementara, Iran melakukan kampanye pengaruhnya sendiri yang bertujuan merugikan upaya pemilihan kembali Trump. Sebuah upaya yang menurut para pejabat AS mungkin disetujui oleh Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.

Menurut para pejabat, upaya Iran lebih agresif daripada pemilu sebelumnya dan terus berlanjut bahkan setelah kontes berakhir. Mereka memfokuskan untuk menyebarkan perselisihan di AS, kemungkinan karena Teheran percaya hal itu akan merusak peluang terpilihnya kembali Trump.

Terlepas dari ancaman tersebut, pejabat intelijen menyatakan, tidak menemukan adanya indikasi aktor asing yang berusaha untuk ikut campur dalam pemilu AS 2020. Tidak ada pengubahan aspek teknis apa pun dari proses pemungutan suara, termasuk pendaftaran pemilih, pemberian suara, tabulasi suara, atau hasil pelaporan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement