Selasa 16 Mar 2021 19:43 WIB

China Minta Jack Ma Jual Asetnya di Perusahaan Media

China khawatir pengaruh perusahaan Jack Ma, Alibaba terhadap opini publik

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Pendiri Alibaba Group Jack Ma.
Foto: AP/Thibault Camus
Pendiri Alibaba Group Jack Ma.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China menginginkan Alibaba Group Holding Ltd menjual beberapa kepemilikan aset di sektor medianya termasuk menjual aset South China Morning Post (SCMP). Hal itu diminta karena pemerintah khawatir tentang pengaruh raksasa teknologi itu terhadap opini publik di China.

Menurut sumber yang tidak bersedia mengungkapkan jati dirinya, Beijing mengungkapkan kekhawatiran tentang kepemilikan aset Alibaba di sektor media selama beberapa pertemuan yang terjadi tahun lalu. Pejabat pemerintah sangat kecewa dengan pengaruh perusahaan atas media sosial di China dan perannya dalam skandal online yang melibatkan salah satu eksekutifnya.

Baca Juga

Jack Ma, salah satu pendiri Alibaba, telah menjadi pusat tindakan keras pemerintah yang dimulai tahun lalu. Pemerintah China menargetkan raksasa e-commerce dan afiliasi keuangan Alibaba, yakni Ant Group Co. The Wall Street Journal melaporkan sebelumnya bahwa pemerintah China meminta Alibaba untuk melepaskan properti media.

Selama bertahun-tahun, Ma dan Alibaba membangun portofolio aset media yang luas. Itu mencakup outlet online bergaya BuzzFeed, surat kabar, perusahaan produksi televisi, media sosial, dan aset periklanan. Alibaba memiliki saham utama di Weibo dan Twitter, serta outlet berita online dan cetak lainnya, termasuk SCMP, surat kabar berbahasa Inggris terkemuka di Hong Kong.

"Diskusi tentang penjualan koran SCMP dimulai tahun lalu. Meskipun tidak ada pembeli spesifik yang diidentifikasi, itu diharapkan merupakan entitas Cina," kata sumber itu, seperti dilansir laman Aljazirah, Selasa (16/3).

Bloomberg News melaporkan pada Februari bahwa Beijing menjadi khawatir tentang kepemilikan media Alibaba setelah skandal yang melibatkan Jiang Fan, mitra termuda di perusahaan e-commerce. Unggahan tentang skandal itu mulai menghilang dari media sosial, termasuk Weibo yang menuai kemarahan pejabat pemerintah.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement