Selasa 16 Mar 2021 16:26 WIB

Faktor Kehati-hatian untuk Vaksin AstraZeneca

Nantinya, vaksin AstraZeneca akan diberikan ke kelompok prioritas.

 Seorang perawat bersiap untuk memberikan dosis vaksin AstraZeneca COVID-19.
Foto: Jung Yeon-je / Pool via AP
Seorang perawat bersiap untuk memberikan dosis vaksin AstraZeneca COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rr Laeny Sulistyawati, Dwina Agustin, Antara

Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) resmi menunda pendistribusian vaksin Covid-19 AstraZeneca yang telah tiba di Indonesia. Penundaan sementara pendistribusian vaksin namun dilakukan bukan semata-mata karena laporan penggumpalan darah usai imunisasi seperti yang terjadi di negara Eropa.

Baca Juga

Indonesia memilih menunda distribusi karena faktor kehati-hatian. "Penundaan distribusi vaksin AstraZeneca karena lebih pada kehati-hatian, kami mengikuti arahan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)," ujar Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi saat konferensi virtual Kemenkes, Selasa (16/3).

Kini, dia melanjutkan, BPOM bersama dengan Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional (Itagi) dan para ahli sedang melihat kembali apakah kriteria-kriteria penerima vaksin yang sebelumnya telah dikeluarkan yaitu vaksin Covid-19 merek Sinovac dari China dan Sinovac produksi Bio Farma juga sama kriterianya dengan vaksin yang juga akan digunakan yaitu vaksin AstraZeneca. Kemenkes menunggu proses ini dan tengah melakukan proses pengecekan secara fisik atau quality control. Termasuk apakah ada vial yang rusak, atau kemasan yang kondisinya tidak baik.

"Ini dipastikan dulu sebelum kami distribusikan ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) tempat pelaksanaan vaksinasi. Kami betul-betul menjamin dari segi mutunya," ujarnya.

Artinya Kemenkes harus memastikan apakah vial dosis vaksin AstraZeneca terjadi perubahan warna, atau perubahan bentuk fisik. Quality control ini bersamaan dengan BPOM melihat kembali apakah kriteria-kriteria penerima vaksin sudah sesuai termasuk juga rentang waktu untuk penyuntikan dosis kedua.

Baca juga : Pola Makan Vegetarian Cegah Covid-19?

Sebab, ia mengutip rekomendasi organisasi kesehatan dunia PBB (WHO) yang mengatakan rentang waktu optimal untuk vaksin AstraZeneca antara 9 pekan hingga 12 pekan. Kemudian dengan adanya nanti rekomendasi BPOM terkait penggunaan atau indikasi vaksin AstraZeneca ini, pihaknya akan menentukan prioritas kelompok usia yang akan diberikan vaksin AstraZeneca.

Jadi, dia menegaskan, pemerintah menunda distribusi vaksin AstraZeneca bukan semata-mata karena kabar terjadinya penggumpalan darah sebagai akibat dari penyuntikan AstraZeneca. Ia mengakui, ada 11 negara di Eropa yang menunda pemberian vaksinasi Astra Zeneca hingga mendapatkan konfirmasi dari BPOM Eropa. Namun, dia melanjutkan, tanggal 11 Maret 202 lalu sudah ada klarifikasi dari Europe Medicine Association (EMA) dan BPOM Inggris yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara terjadinya penggumpalan darah dengan penyuntikan vaksin AstraZeneca.

Apalagi, dia melanjutkan, kalau melihat data yang ada bahwa saat ini dari 17 juta orang mendapatkan vaksin AstraZeneca, kasus penggumpalan darah yang dilaporkan hanya 40 kasus. "Jadi, sebenarnya kasusnya sangat kecil dan tidak ada hubungannya dengan vaksin AstraZeneca," ujarnya.

Saat ini 1,1 juta dosis vaksin jadi dari AstraZeneca sudah tiba di Indonesia pada Senin (8/3). Vaksin tersebut memiliki masa kedaluwarsa akhir Mei 2021.

Kemenkes cukup optimistis bisa menghabiskan stok vaksin yang datang karena kemampuan penyuntikan Indonesia yaitu antara 250 ribu hingga 350 per hari. Ia harap Kemenkes segera bisa memberi kepastian mengenai distribusi vaksin tersebut.

Dengan estimasi pemberian dosis vaksin per hari 250 ribu hingga 350 ribu dosis, dia melanjutkan, artinya 1,1 juta dosis pertama vaksin AstraZeneca bisa dihabiskan dalam waktu enam hari.

"Kami akan gunakan dosis 1,1 juta itu untuk kelompok prioritas. Terlebih, rentang waktu pemberian dosis pertama hingga dosis kedua vaksin AstraZeneca menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) ialah 9 pekan hingga 12 pekan," ujarnya.

Bacaa juga : Arab Saudi Bantah Penghentian Penggunaan Vaksin AstraZeneca

Perkiraannya distribusi vaksin AstraZeneca bisa dilakukan dalam kurun waktu dua hingga tiga pekan lagi. Dipekirakan semua proses quality control, pengepakan, dan proses pendistribusian selesai dua hingga tiga pekan lagi. Namun, pihaknya tidak menutup kemungkinan ada percepatan-percepatan karena ini paralel persiapan packing vaksin dan rekomendasi BPOM.

"Kami lakukan secara paralel," ujarnya.

Terpisah, Kepala BPOM Penny K Lukito tak mau berkomentar banyak mengenai nasib vaksin AstraZeneca di Tanah Air. Sebab, Badan POM masih proses memantau investigasi yang dilakukan WHO.

"Semoga di akhir pekan ini ada informasi sehingga bisa menjadi bahan BPOM bersama tim ahli memberikan rekomendasi keamanan penggunaan pada pemerintah," ujarnya saat dihubungi Republika.

photo
Vaksin Covid-19 untuk Indonesia (Ilustrasi) - (republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement