Selasa 16 Mar 2021 15:25 WIB

RNI Siap Datangkan 75 Ribu Ton Gula Impor Mulai April

Pada pekan pertama April akan tiba sebanyak 6.000 ton melalui Tanjung Priok.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Ketua BUMN Klaster Pangan, PT RNI (Persero) menyatakan siap merealisasikan penugasan impor gula kristal putih (GKP) sebanyak 75 ribu ton tahun ini. Waktu kedatangan impor GKP ditargetkan pada bulan April mendatang.
Foto: ANTARA/Fauzan
Ketua BUMN Klaster Pangan, PT RNI (Persero) menyatakan siap merealisasikan penugasan impor gula kristal putih (GKP) sebanyak 75 ribu ton tahun ini. Waktu kedatangan impor GKP ditargetkan pada bulan April mendatang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua BUMN Klaster Pangan, PT RNI (Persero) menyatakan siap merealisasikan penugasan impor gula kristal putih (GKP) sebanyak 75 ribu ton tahun ini. Waktu kedatangan impor GKP ditargetkan pada bulan April mendatang.

"RNI dapat penugasan impor GKP untuk 2021 sebesar 75 ribu ton. Kami bagi untuk mendarat di tiga pelabuhan, Sumatra Utaran, Jakarta, dan Surabaya," kata Direktur Utama RNI, Arief Prasetyo Adi, saat menghadiri Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi IV DPR, Senin (15/3) kemarin.

Arief menjelaskan, dari 75 ribu ton, akan mulai tiba pada pekan pertama April sebanyak 6.000 ton melalui Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.

Selanjutnya, pekan kedua masuk 15 ribu ton di Pelabuhan Belawan, Medan dan pekan ketiga sebanyak 30 ribu ton melalui Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.Kemudian pada pekan keempat masuk kloter terakhir 24 ribu ton di Tanjung Priok.

Ia pun memastikan, proses pelaksanaan impor hingga penjualannya akan menerapkan prinsip good corporat governance (GCG) sehingga dapat dilakukan secara transparan. "Jadi nanti bisa diurut mulai dari pengadaan sampai distribusinya," kata Arief.

Sementara melakukan importasi, ia mengatakan RNI juga akan terus mendorong peningkatan  produksi dalam negeri. Saat ini, RNI sudah memiliki lima pabrik gula yang aktif beroperasi dengan kapastias produksi 240 ribu-260 ribu ton per tahun.

Perseroan menilai yang perlu dilakukan saat ini adalah perluasan lahan tebu petani. Sebab, bahan baku tebu untuk memproduksi GKP di dalam negeri cukup terbatas. 

"Bahan baku tebu sangat terbatas sehingga diminta juga berkoordinasi dengan Perhutani. Ini on going akan berjalan kurang lebih sekitar 20 ribu per hektare," ujarnya.

Selain itu, langkah yang dilakukan dengan berupaya meningkatkan produktivitas tebu. Saat ini, tingkat produktivitas masih 55-60 ton per hektare. Arief mengatakan, RNI tengah mulai mencoba meningkatkan produksi hingga 70-80 ton per hektare dengan melibatkan berbagai lembaga terkait di sektor gula.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement