Selasa 16 Mar 2021 08:05 WIB

Peningkatan Kasus Covid-19 Kalsel Diduga Dampak Banjir

Mobilitas masyarakat tak terkendali juga diduga picu lonjakan kasus Covid-19 Kalsel.

Relawan yang menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) menyemprotkan disinfektan di Kelurahan Teluk Dalam Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Ilustrasi
Foto: ANTARA/BAYU PRATAMA S
Relawan yang menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) menyemprotkan disinfektan di Kelurahan Teluk Dalam Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Peningkatan kasus Covid-19 di Kalimantan Selatan dua bulan terakhir diduga dipicu sejumlah faktor. Di antaranya dampak banjir dan mobilitas tak terkendali.

"Hampir semua provinsi di Indonesia rerata kasus harian mulai menurun tetapi tidak dengan Kalimantan Selatan, justru meningkat signifikan. Ini harus dievaluasi faktor pemicunya," kata dia di Banjarmasin, Selasa (16/3).

Diungkapkan Syamsul, kasus aktif dalam dua bulan terakhir di Kalsel meningkat dua kali lipat jika dibandingkan per 14 maret 2021 mencapai 2.241 dari tanggal 14 Januari 2021 dengan jumlah kasus aktif 1.128.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan tersebut, antara lain sebagai dampak musibah banjir pada awal tahun tadi. Hal ini berdampak pada menurunnya penerapan protokol kesehatan oleh masyarakat.

"Di samping kondisi banjir menyebabkan daya tahan tubuh warga menurun akibat hieginitas dan sanitasi yang kurang baik," cetus Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran ULM itu.

Kemudian Syamsul juga menganalisa mobilitas masyarakat pada minggu pertama bulan Maret menunjukkan pembatasan yang mulai berkurang. Berdasarkan data peningkatan mobilitas terutama untuk kegiatan transportasi dan kegiatan kerja sekitar 15 persen.

Mobilitas berdampak pada kecenderungan transmisi Covid-19 menjadi kurang terkontrol, terutama yang tertular dari orang-orang yang tanpa gejala.

Di sisi lain, munculnya kasus Corona B.117 sebagai varian baru di Kalimantan selatan juga dingatkan Syamsul perlu diwaspadai. Dimana kasus pertama ditemukan pada seorang perempuan yang berumur 46 tahun awal Jawa Barat yang mengunjungi suaminya di Kabupaten Tapin.

"Tingkat penularan varian baru ini lebih tinggi dibandingkan dengan varian lama. Jadi, masyarakat harus lebih waspada lagi menjaga kesehatan diri. Pastikan protokol kesehatan mutlak disiplin diterapkan," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement