Senin 15 Mar 2021 23:34 WIB

Mendikbud Sebut Guru Perempuan Bisa Jadi Panutan Para Siswi

Nadiem menyebut guru perempuan jadi panutan dalam membangun rasa percaya diri

Menteri Pendidikan dan Kebudayan, Nadiem Makarim. Nadiem menyebut guru perempuan jadi panutan dalam membangun rasa percaya diri
Foto: Kemendikbud RI
Menteri Pendidikan dan Kebudayan, Nadiem Makarim. Nadiem menyebut guru perempuan jadi panutan dalam membangun rasa percaya diri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim menyebut guru dan kepala sekolah perempuan bisa menjadi panutan yang efektif untuk menumbuhkan kepercayaan diri para siswi. Dalam webinar internasional bertajuk The Power of Unreasonable Women yang diakses secara daring dari Jakarta, Senin, Nadiem mengatakan peran guru dan kepala sekolah perempuan sangat berpengaruh untuk menjadi panutan siswi dalam membangun kepercayaan diri. 

Contohnya seperti bagaimana mereka menunjukkan cara berbicara dan transformasi kepemimpinan terhadap rekannyayang laki-laki."Menurut saya (itu) salah satu cara yang paling efektif yang membuat perempuan percaya diri dengan menunjukkan pemikiran independen, serta imajinasi tak terbatas tentang apa yang dicapai perempuan," kata Nadiem.

Ia juga mengatakan hanya dengan memasukkan unsur kesetaraan gender dalam kurikulum pendidikan berupa buku teks tidak akan cukup untuk membuat sebuah transformasi. Dirinya meyakini inovasi-inovasi dari guru maupun kepala sekolah perempuan justru dapat membuat murid dapat mencontohnya.

Ia berharap dengan cara itu dapat mendorong murid perempuan menjadi lebih ambisius dan dapat keluar dari pandangan tradisional, sehingga kesenjangan gender bisa ditutup segera.

Pada kesempatan yang sama Nadiem juga mendorong agar penulis dan penerbit menyediakan buku teks yang demokratis untuk mengatasi masalah bias genderdalam buku pelajaran. Hal tersebut diakui Nadiem bukan hal yang mudah, mengingat terjadi pula di seluruh dunia, dan menjadi masukan pula baginya saat hendak melaksanakan program "Merdeka Belajar".

Ia mengingatkan kembali permasalahan dalam buku teks bukan hanya memerangi bias gendertetapi juga radikalisasi. "Selain itu secara individual, memerangi kekerasan seksual dan perundungan yang sangat berhubungan dengan kesetaraan gender".

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement