Senin 15 Mar 2021 21:22 WIB

Saat Imam Bukhari Menolak Pintu Istana Penguasa

Gubernur Khalid murka. Dia bahkan berupaya untuk mengusir Imam Bukhari

Makam Imam Bukhari
Foto: Uttiek M Panji Astuti
Makam Imam Bukhari

REPUBLIKA.CO.ID, Di kalangan kaum Muslimin, sosok Abu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari yang lebih dikenal sebagai Imam Bukhari amat familiar. Susunan kitab hadis shahih Bukhari kerap menjadi rujukan para ulama sebagai landasan dalil dalam memberi fatwa atau pendapat keagamaan. 

Meski demikian, sosok sang imam bukan sekadar dikenal karena kealimannya. Imam Bukhari juga dikenang sebagai ulama yang tegas kepada penguasa. Syahdan, Imam Bukhari yang baru kembali ke Bukhara mengundang para penuntut ilmu berdatangan kepadanya. Dia pun semakin populer di kalangan umat Islam ketika itu. 

Roni Haldi Alimi dalam Tetes-Tetes Kesturi Aulia menuturkan, Khalid bin Ahmad as-Sadusi adz-Dzuhli sebagai gubernur Bukhara, tertarik ingin mengetahui lebih jauh tentang sang imam. Dia pun mengutus anak buahnya untuk mendatangi Imam Bukhari. Mereka menyampaikan pesan sang gubernur agar Imam Bukhari mengajari dirinya berikut anak-anaknya di istana gubernur. 

Bukannya bangga, Imam Bukhari menolak mentah-mentah ajakan Gubernur Khalid. Kata Imam Bukhari, "Saya tidak akan menghinakan ilmu, dan tidak akan membawanya ke pintu para penguasa."

Mendapati sikap tegas Imam Bukhari, sang gubernur menawarkan kesepakatan berbeda. Jika enggan datang ke istana, maka Imam Bukhari diminta menyediakan waktu khusus untuk kajian bagi keluarga istana. Kajian itu hanya boleh diikuti oleh kalangan istana. 

Imam Bukhari kembali menolak. Dia pun berkata, "Jika anda tidak setuju dengan penawaranku ini, Anda kan penguasa. Silakan larang aku untuk mengadakan majelis ilmu agar bisa menjadi uzur bagiku di hadapan Allah pada Hari Kiamat bahwa aku tidak menyembunyikan ilmu. " 

Gubernur Khalid murka. Dia bahkan berupaya untuk mengusir Imam Bukhari dari Bukhara. Namun demikian, keinginannya tak bisa terwujudkan. Imam Bukhari sudah telanjur dicintai masyarakat Bukhara. 

Imam Bukhari bukan sekali itu menolak istana. Gubernur Naisabur juga pernah ditolak sang imam saat dia meminta Imam Bukhari membawa kitab hadis ke istana untuk dibacakan dihadapannya. Imam Bukhari kembali berkata, "Sesungguhnya aku tidak akan menghinakan ilmu, dan aku tidak akan membawanya ke pintu-pintu penguasa. Jika penguasa punya keperluan dengan ilmu sepantasnya dia sendiri datang menjumpaiku. "

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement