Senin 15 Mar 2021 20:25 WIB

Suriah Terpuruk dalam Kemiskinan

Harga makanan di Suriah meningkat 230 persen tahun lalu.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Yudha Manggala P Putra
Pengungsi Suriah hidup dalam keadaan kumuh dan khawatir terjangkit virus corona. Ilustrasi.
Foto: Nabil Mounzer/EPA
Pengungsi Suriah hidup dalam keadaan kumuh dan khawatir terjangkit virus corona. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Konflik sipil Suriah telah memasuki tahun kesepuluh. Perpecahan belum berakhir dan negara tersebut kian tersedot dalam krisis serta kemiskinan. 

Antrean panjang di pom bensin di kota-kota Suriah kini jadi pemandangan yang lumrah. Setiap warga setidaknya harus mengantre lima jam untuk memperoleh bahan bakar. 

 

Barang seperti obat-obatan, susu bayi, dan popok kian sulit ditemukan. Di jalanan, semakin banyak pengemis berkeliaran meminta makanan atau uang dari pengendara yang melintas. 

 

"Kehidupan di sini adalah potret penghinaan dan penderitaan sehari-hari," kata seorang wanita yang tinggal di Damaskus. Suaminya baru saja kehilangan pekerjaan di toko elektronik bulan lalu. 

 

Wanita yang menolak identitasnya diungkap karena alasan keamanan itu mengungkapkan ia mengajar paruh waktu untuk membantu memenuhi kebutuhan. Dengan dua anak dan seorang ayah lanjut usia, dia menyebut hidup menjadi kian sulit. 

 

Seorang aktivis media Suriah yang menggunakan nama samaran Omar Hariri mengungkapkan jatah roti, bensin, gas untuk memasak, dan solar hampir tidak memenuhi sepuluh persen kebutuhan warga. Antrean berjam-jam telah menjadi gaya hidup baru di Suriah. 

 

"Saya memiliki seorang kerabat yang mendapat giliran untuk bensin pada Januari setelah dua bulan cuaca dingin berlalu, dan dia terpaksa membeli dari pasar gelap dengan harga yang jauh lebih tinggi," kata Hariri. 

 

Tahun lalu, harga makanan di Suriah meningkat 230 persen. Banyak keluarga hidup tanpa daging dan buah-buahan selama berbulan-bulan. Gaji pegawai negeri kini hanya berkisar antara 15-20 dolar AS per bulan. Tahun lalu, mereka masih menerima 170 dolar AS setiap bulan. 

 

PBB mengatakan, saat ini lebih dari 80 persen warga Suriah hidup dalam kemiskinan. Sebanyak 60 persen di antaranya berisiko mengalami kelaparan. Nilai mata uang pound Suriah pun terus terpuruk di hadapan dolar AS. 

 

"Ketika Anda menggabungkan semua ini, tidak mengherankan jika kita melihat kerawanan pangan, meningkatnya kelaparan," kata kepala ekonom di Program Pangan Dunia PBB Arif Hussein.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement