Senin 15 Mar 2021 16:28 WIB

PM Selandia Baru Ajak Dunia Angkat Isu Rasisme

PM Selandia Baru memperingati dua tahun tragedi penembakan masjid di Christchurch

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
 Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern
Foto: AP Photo/Mark Baker
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern

REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Perdana Menteri (PM) Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan, bahwa dunia perlu membicarakan isu rasisme dan supremasi kulit putih. Hal tersebut dikatakan dalam peringatan dua tahun tragedi penembakan masjid di Christchurch.

"Dunia perlu melakukan percakapan ini," kata Ardern dalam konferensi pers. "Setelah serangan itu, Selandia Baru berkewajiban untuk membereskan rumahnya," ujarnya melanjutkan. 

Baca Juga

Selandia Baru, menurutnya juga turut bertanggung jawab membenahi otak rasisme meski sang penyerang masjid berasal dari Australia. "Anggota komunitas Muslim kami mengalami beberapa rasisme yang cukup mengerikan sebelum serangan itu di komunitas mereka sendiri," ujar PM Ardern.

Ardern mengatakan setiap pemimpin global memiliki tanggung jawab karena suara mereka dapat disiarkan di mana saja, dan kapan saja. "Negara perlu memperhitungkannya," katanya.

Ardern juga meminta maaf setelah komisi penyelidikan kerajaan menemukan bahwa badan-badan keamanan hampir secara eksklusif berfokus pada anggapan ancaman terorisme Islam sebelum serangan itu. Ardern mengatakan dana tanggapan keterlibatan masyarakat sebesar 719.800 dolar AS telah ditetapkan bagi kelompok masyarakat untuk terlibat dengan Komisi Kerajaan. Sejumlah tindakan lain juga diumumkan untuk komunitas tersebut.

Ketika ditanya apakah Selandia Baru adalah tempat yang jauh lebih aman bagi Muslim sekarang dibandingkan dengan dua tahun lalu, Ardern berkata: "Saya bukan orang yang menjawab itu, hanya komunitas Muslim kami yang bisa. Tapi saya bisa katakan sekarang, masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan," tutur dia.

Berbekal senjata semi-otomatis berkapasitas tinggi, warga Australia Brenton Tarrant menewaskan 51 orang dan melukai puluhan lainnya ketika ia menembaki jamaah Muslim pada 15 Maret 2019. Tarrant merilis manifesto rasis tak lama sebelum serangan itu dan menayangkan penembakan itu langsung di Facebook. Serangan itu memicu perdebatan global tentang ancaman supremasi kulit putih.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement