Senin 15 Mar 2021 08:41 WIB

Petani Gandum Australia Alihkan Pasar dari China ke Saudi

Untuk pertama kalinya dalam lima tahun, Australia berhasil menembus pasar Arab Saudi.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Gandum (ilustrasi).
Foto: pixnio
Gandum (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Petani gandum Australia telah memindahkan pasarnya dari China ke Arab Saudi. Itu lantaran para petani menghadapi kebijakan tarif China yang sangat besar dan kebutuhan mendesak untuk mengirimkan hasil panen besar-besaran mereka ke salah satu pasar besar dunia untuk biji serealia, Arab Saudi.

Seperti dilansir dari Bloomberg, Senin (15/3), untuk pertama kalinya dalam lima tahun, Australia berhasil menembus pasar Arab Saudi, mengalahkan persaingan ketat dari pemasok lain. Terdapat tanda-tanda bahwa penjualan ke Arab Saudi akan berlanjut setidaknya hingga pertengahan tahun, menurut Andrew Whitelaw, seorang ahli pertanian dari Thomas Elder Markets.

Baca Juga

"Kami kehilangan (pasar) China," kata Whitelaw kepada Bloomberg. Tetapi, kata dia, Arab Saudi sedang bersiap untuk menjadi pelanggan terbesar Australia musim ini.

“Jika Anda melihat tiga tender terakhir berturut-turut, kami mendapat bagian terbesar dari itu. Dalam hal volume ke Arab Saudi, kami mendapatkan lebih dari siapa pun,” ujarnya menambahkan.

Dalam hasil tender yang diumumkan minggu lalu, Australia akan menyediakan sebagian besar pembelian 660 ribu ton, menggeser pemasok tradisional dari Uni Eropa dan Laut Hitam. 

Data perdagangan Australia menunjukkan nilai ekspor ke Arab Saudi jauh melebihi setiap tujuan lainnya pada bulan Desember. Arab Saudi dan China berkejar-kejaran sebagai importir serealia teratas, dengan Saudi berada di depan dalam dua tahun terakhir dan China memiliki keunggulan tahun ini, menurut data dari Departemen Pertanian AS.

Baca juga : Trik Cepat Tidur dalam 5 Menit yang Viral di TikTok

Kerajaan Arab Saudi menggunakan sebagian besar biji-bijian serealia sebagai pakan domba, unta, dan kambing.

Penjualan tersebut merupakan perubahan signifikan bagi petani di Australia, yang terpukul tahun lalu oleh meningkatnya ketegangan politik dengan China. Ketegangan politik ini mendorong Beijing untuk memberlakukan tarif anti-dumping lebih dari 80 persen pada biji-bijian serealia asal Australia sebagai tindakan pembalasan.

Lonjakan harga pangan global ke level tertinggi dalam lebih dari enam tahun telah mengangkat penjualan gandum Australia. “Hanya ada jumlah biji-bijian yang terbatas, jadi ketika China menyerap banyak permintaan, itu berarti negara lain akan membeli produk alternatif, misalnya gandum daripada jagung,” kata Whitelaw.

Petani Australia mengalami panen yang hampir mencapai rekor musim ini karena hujan meningkatkan hasil panen. Dengan ekspektasi untuk musim depan yang juga cenderung menguntungkan, penjualan ke pasar baru merupakan kabar gembira.

Meksiko menjadi pembeli pertama gandum Australia pada Januari, sementara penjualan ke Thailand dan Vietnam melonjak. Ada tanda-tanda ketertarikan yang baru muncul dari pembeli India setelah pemerintah menghapus pembatasan fitosanias.

Pada awal Februari, Kementerian Perdagangan AS memperkirakan impor biji-bijian sebesar 6,2 juta ton pada tahun 2020-2021, sekitar 23 persen di bawah perkiraan resmi terbaru Kementerian Perdagangan AS.

Baca juga : Mencari Kesalahan Alquran, Wanita Ini Malah Jadi Mualaf

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement