Ahad 14 Mar 2021 13:46 WIB

Charlie Hebdo Rilis Karikatur Ratu Elizabeth Injak Meghan

Sejumlah surat kabar Inggris mengecam karikatur yang dibuat Charlie Hebdo.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Gita Amanda
 Majalah Prancis, Charlie Hebdo, memicu kritik besar-besaran setelah menerbitkan karikatur Ratu Elizabeth II yang menekan lututnya di leher Meghan Markle. (ilustrasi).
Foto: AP
Majalah Prancis, Charlie Hebdo, memicu kritik besar-besaran setelah menerbitkan karikatur Ratu Elizabeth II yang menekan lututnya di leher Meghan Markle. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Majalah Prancis, Charlie Hebdo, memicu kritik besar-besaran setelah menerbitkan karikatur Ratu Elizabeth II yang menekan lututnya di leher Meghan Markle. Kartun yang menjadi kover majalah satire tersebut meniru insiden kematian seorang pria kulit hitam Amerika, George Floyd, setelah polisi kulit putih menekan lututnya di leher Floyd.

Kover majalah Charlie Hebdo menggambarkan wawancara Meghan Markle dengan Oprah, yang menuding keluarga Kerajaan Inggris telah bersikap rasialis tentang warna kulit anaknya. Diketahui, Markle lahir dari seorang ibu keturunan Afrika-Amerika dan ayah yang berkulit putih.  

Baca Juga

Kover Charlie Hebdo mengangkat judul, "Mengapa Meghan meninggalkan Buckhingham". Kover tersebut menggambarkan, Meghan yang terbaring di tanah dan lehernya diinjak oleh lutut sang ratu, sambil berkata, "Karena saya tidak bisa bernapas lagi".

Sampul majalah Charlie Hebdo tersebut menjadi salah satu topik yang paling banyak dikritik di media sosial. CEO Runnymede Trust, sebuah lembaga think-tank kesetaraan rasial yang berbasis di Inggris, Halime Begum, mengatakan, kartun yang diterbitkan oleh majalah satire itu telah melampaui batas.

"Ini melampaui batas, membuat siapa pun tertawa atau menantang rasialisme. Itu merendahkan masalah dan menyebabkan pelanggaran, secara keseluruhan," ujar Begum dalam cicitan di Twitter-nya, dilansir Anadolu Agency, Ahad (14/3).

The Black and Asian Lawyers For Justice mengatakan, kartun Charlie Hebdo mengandung "rasialisme yang keterlaluan, menjijikkan, fasistik". Mereka menuduh majalah tersebut menggunakan trauma Floyd untuk mendapatkan keuntungan. Sejumlah surat kabar Inggris mengecam karikatur yang dibuat majalah Charlie Hebdo.

Charlie Hebdo berulang kali mendapat kecaman karena menerbitkan karikatur Nabi Muhammad. Hal ini memicu protes besar di negara-negara mayoritas Muslim. Dua belas kartunis dan karyawan dibunuh oleh sekelompok teroris pada 2015, setelah majalah tersebut menerbitkan ulang karikatur Nabi Muhammad.

Karikatur Nabi Muhammad pertama kali diterbitkan oleh surat kabar Denmark, Jylland-Posten, pada 2005. Pada 2020, majalah Charlie Hebdo menerbitkan ulang karikatur kontroversial tersebut. Pemerintah Prancis membela publikasi majalah Charlie Hebdo, dengan mengatakan, pemerintah tidak dapat menghalangi kebebasan berekspresi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement