Sabtu 13 Mar 2021 22:55 WIB

Webinar Sekolah BM 400: Kolaborasi Kunci Pendidikan Sejati

Perlu kolaborasi antara sekolah dan orangtua agar pembelajaran tetap optimal.

Dr  Rose Mini Agoes Salim menjadi keynote speaker webinar & parents talk yang diadakan oleh Sekolah Bakti Mulya 400, Sabtu (13/3).
Foto: Dok BM 400
Dr Rose Mini Agoes Salim menjadi keynote speaker webinar & parents talk yang diadakan oleh Sekolah Bakti Mulya 400, Sabtu (13/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekolah Bakti Mulya 400 bekerja  sama dengan Shinkenjuku menyelenggarakan webinar & parents talk: Menggalang Kolaborasi Menggapai Pendidikan Sejati.  Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka refleksi satu tahun pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang telah dilaksanakan di sekolah.

Kegiatan yang digelar pada Sabtu (13/3)  pukul 13.00 - 15.00 WIB diikuti orang tua, guru TK atau SD dan pemerhati pendidikan, terutama yang peduli kepada home learning.

Narasumber mengupas pentingnya kolaborasi guru dan orang tua untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi anak-anak. Acara diawali dialog para praktisi pendidikan, yaitu orang tua dan guru dilanjutkan pembahasan oleh narasumber ahli parenting.

photo
Euis Tresna, SPd, MSi, deputy KPH Sekolah Bakti Mulya 400.  (Foto: Dok BM 400)

Dengan mengutip laporan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organisation for Economic Co-operation and Development, OECD), Euis Tresna, SPd,   MSi, deputy KPH Sekolah Bakti Mulya 400. menyampaikan akan ada dampak penutupan sekolah karena pandemi. 

“Dampak tersebut adalah kehilangan proses pembelajaran (loss of learning), yang berakibat kepada hilangnya keterampilan siswa. Dampak jangka panjangnya lima sampai 10  tahun ke depan pada aspek produktivitas pada diri mereka,” kata Euis Tresna seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id. 

Untuk menghindarkan dampak tersebut, menurut Euis Tresna,  perlu kolaborasi antara sekolah dan orangtua agar pembelajaran tetap optimal sesuai kebutuhan perkembangan anak. “Sekolah BM 400 telah memiliki pengalaman cara melaksanakan PJJ kerja sama dengan orangtua.  Sebaiknya orangtua tidak menunda anak bersekolah terutama pada usia dini”, tandasnya.

Selanjutnya Dewi Pusparini  SPsi, MPsi yang bertindak sebagai moderator mengatur jalannya acara menjadi dua bagian yaitu parents talk dan keynote speaker.

Pada sesi parents talk tampil sebagai pembicara Vera Lasut (orang tua TK Bakti Mulya 400), Yanka L  Andiko (orang tua SD Bakti Mulya 400) dan Fitriah Novi Damayanti  SPsi (guru TK Bakti Mulya 400).

Vera Lasut merupakan orang tua dengan tiga putera di mana dua puteranya sudah bersekolah di kelas 3 SD dan TKA.  Ia mengakui,  pada awal saat PJJ ada kendala dalam mengatur belajar di rumah. Apalagi untuk putranya yang berkecenderungan memiliki motorik aktif. “Namun kendala demikian dapat diatasi dengan memahami kecenderungan belajar masing-masing anak,” ujarnya.

Karena itu dibutuhkan komunikasi yang intensif dengan guru di sekolah. Selain itu lanjut Vera Lasut,  “Dengan PJJ ini lebih menciptakan kolaborasi kakak dan adik, artinya kakak dapat membimbing adik dalam belajar sehingga tercipta keakraban di  antara mereka.”

Sementara itu menurut Yanka L Andiko,  dengan PJJ orang tua mengalami peran multitasking dalam kegiatan keseharian di rumah. Namun demikian, ibu yang memiliki putra kelas 1 dan 2 SD ini mengemukakan,  segi positifnya orang tua menjadi lebih mengenal akan potensi akademik masing-masing.

Dengan PJJ yang cukup panjang ini dampaknya terasa pada hubungan sosial anak dengan teman sekelas. Putranya yang duduk di  kelas 1 SD belum pernah bertemu guru maupun teman sekelasnya. “Untungnya guru kelas menyempatkan waktu lebih untuk berkomunikasi agar komunikasi bisa tetep terjalin dengan erat,” tutur Yanka.

Selanjutnya Fitriah Novi selaku guru TK menyampaikan pokok penyelenggraraan belajar kolaborasi guru dengan orang tua. “Meskipun secara online,  namun upaya stimulasi kepada anak perlu dilakukan agar anak mengalami perkembangan sesuai tahapannya,” kata Fitriah.

Ia menambahkan, karena itu materi ajar, bahan ajar dan cara belajar disusun seperti yang dilaksanakan di sekolah.  Setiap bulan semua siswa mendapatkan learning kids yang dikirimkan ke rumah sesuai tema kegiatan belajar. Kegiatan belajar dipandu melalui platform yang memungkinkan guru bisa mengajar tatap muka virtual maupun memberi bahan ajar asynchronous.

Setiap pekan orang tua mendapatkan laporan weekly report yang berisi perkembangan siswa. “Selain itu juga ada kunjungan guru kepada siswa bagi mereka yang memiliki kendala dalam pembelajaran online,” paparnya.

photo
Suasana webinar & parents talk yang diadakan oleh Sekolah Bakti Mulya 400, Sabtu (13/3).  (Foto: Dok BM 400)

Selanjutnya tampil pada sesi keynote speaker adalah Dr  Rose Mini Agoes Salim,  seorang psikolog ternama dari Universitas Indonesia.  Rose Mini menyampaikan agar terjalin kolaborasi antara guru, orang tua maka diperlukan empat kunci.

Pertama, kata Rose, kenali kebutuhan anak dan kemampuan orangtua/pendidik. Kedua, kenali media belajar yang digunakan. 

Ketiga, lakukan koordinasi antara sekolah dan orangtua. “Keempat, bekali orangtua, pendidik dan anak dengan kemampuan yang dibutuhkan untuk pendidikan anak,” ujar Rose Mini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement