Ahad 14 Mar 2021 02:45 WIB

Ekonomi Afrika Diprediksi Bangkit 3,4 Persen

AfDB memperkirakan 39 juta warga Afrika kemungkinan akan jatuh ke kemiskinan ekstrem.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Friska Yolandha
Seorang pria mengenakan masker dengan warna bendera Afrika Selatan. African Development Bank (AfDB) memprediksi pertumbuhan perekonomian benua Afrika rata-rata sebesar 3,4 persen tahun ini.
Foto: EPA
Seorang pria mengenakan masker dengan warna bendera Afrika Selatan. African Development Bank (AfDB) memprediksi pertumbuhan perekonomian benua Afrika rata-rata sebesar 3,4 persen tahun ini.

REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- African Development Bank (AfDB) memprediksi pertumbuhan perekonomian benua Afrika rata-rata sebesar 3,4 persen tahun ini. Pandemi Covid-19 telah mengantarkan kondisi perekonomian benua hitam dalam kondisi terburuk dalam 50 tahun terakhir.

"Pemulihan diproyeksikan terjadi di seluruh benua. Meskipun tidak menghilangkan ancaman meningkatnya kemiskinan," kata laporan AfDB seperti diwartakan Reuters, Sabtu (13/3). Laporan tersebut diterbitkan pada Jumat (12/3) lalu.

Baca Juga

Laporan AfDB sebelumnya mendapati bahwa ekonomi 54 negara Afrika merosot 2,1 persen tahun lalu akibat pandemi Covid-19. Laporan tersebut menitikberatkan pada penyebaran wabah Covid-19 sebagai pengganggu ekonomi di benua tersebut.

AfDB memperkirakan sekitar 39 juta warga Afrika kemungkinan akan jatuh ke dalam kemiskinan ekstrem akibat pandemi yang terjadi. AfDB menyebut sedikitnya 30 juta orang telah masuk dalam kelompok miskin pada tahun lalu.

"Penduduk dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah, sedikit aset dan bekerja di pekerjaan informal adalah yang paling terpengaruh dan harus dilindungi," katanya.

Pemerintah Afrika meningkatkan pengeluaran mereka tahun lalu dalam upaya mendukung ekonomi mereka melewati krisis yang terjadi. Memburuknya kondisi ekonomi di kawasan telah memberikan tekanan pada saldo anggaran dan beban hutang.

"Rata-rata rasio utang terhadap PDB untuk Afrika diperkirakan naik 10 hingga 15 poin persentase dalam jangka pendek hingga menengah," kata AfDB.

Mereka mengatakan bahwa hasil terburuk akan didorong oleh lonjakan belanja pemerintah dan kontraksi pendapatan fiskal yang disebabkan oleh pandemi. AfDB meminta komunitas internasional untuk bekerja dengan pembuat kebijakan di benua itu guna membantu menangani beban utang yang semakin berat.

"Beban utang Afrika harus diprioritaskan dan tidak diabaikan. Waktu untuk satu kali upaya keringanan utang terakhir untuk Afrika adalah sekarang," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement