Sore harinya aku ikut rombongan kembali ke Sorong dengan speed boat. Udara cerah. Laut tenang. Sekitar 10 menit meninggalkan pelabuhan, ombak mulai terasa membesar.
Anak buah kapal meminta kami untuk memakai pelampung. Padahal sebelumnya kami tak pernah diminta memakai pelampung. Demikian juga saat berkeliling pulau-pulau di Raja Ampat.
Speed boat melaju memecah ombak. Pecahan ombak dari sisi kiri dan kanan masuk ke dalam kapal. Ombak makin besar. Speed boat itu oleng diterpa air. Aku mulai merasa was-was. Air kadang muncrat, membuat sebagian baju basah.
Terdengar suara anak buah kapal memberi aba-aba saat ombak tinggi. Mesin speed boat redup saat di atas ombak. Lalu dikencangkan lagi saat ombak sudah mulai mengecil. Gelombang datang lagi, mesin redup lagi, begitu berulang-ulang.
Kadang-kadang mesin speed boat dimatikan saat di berada atas gelombang. Lalu dibiarkan speed boat terayun-ayun diterpa gelombang air. Aku berpegangan kuat-kuat.
Speed boat itu seperti tanpa daya. Oleng ke kiri dan kanan. Tergantung ombak akan dibawa ke mana di lautan. Yang ada hanya pasrah.
Aku teringat judul sebuah tulisan yang aku baca sebelum ke Raja Ampat: "Tempat yang Wajib Anda Kunjungi Sebelum Meninggal, Salah Satunya Raja Ampat". Apakah aku sudah pantas mati setelah dua kali dalam tiga hari mengunjungi Raja Ampat?
Ah, aku tentu belum mau mati. Masih ada tempat-tempat lain yang ingin kudatangi. Kalaupun speed boat ini tenggelam, aku masih punya kesempatan hidup. Pelampung di badanku mungkin bisa menolongku. Aku mulai mencari-cari papan atau apa pun yang bisa aku pakai untuk mengapung di lautan.
Aku dengar dari awak kapal bahwa kami harus sampai ke Sorong segera. Ombak akan makin tinggi sore dan malam hari. Biasanya bulan Mei ombak tidaklah tinggi. Tapi hari itu sepertinya terjadi anomali.
Kapal mengikuti ke mana gelombang membawa. Kadang ombak benar-benar sudah mengurung speed boat. Dua jam lebih perjalanan roller coaster itu berlangsung. Perutku mual. Kepala pusing. Aku hanya bersandar di kursi dengan muka pucat.
Perjalanan laut paling mendebarkan dalam hidupku itu akhirnya berakhir juga. Menjelang dermaja Sorong, laut mulai tenang. Ombak tak lagi tinggi. Speed boat bersandar dengan aman.
Aku segera melompat ke darat. Seisi perutku sudah memberontak ingin keluar. Aku muntahkan, tapi tak keluar. Aku minum air mineral dan terduduk di pinggiran dermaga.
Anggota rombongan menyalami awak kapal. Berterima kasih sudah dibawa selamat sampai tujuan. Aku pun ikut menyalami mereka.
“Terima kasih kakak,” kataku.
“Tidak muntah toh?” tanya seorang awak kapal memperhatikan wajahku yang pucat pasi.
“Nggak. Untung saja kapalnya nggak tenggelam,” jawabku.
“Belum apa-apa ini kakak. Untung ombaknya tak terlalu tinggi ya,” nadanya serius.
Hah, ombak begitu dibilang tidak tinggi? Jadi pingin aku tonjok saja orang itu.
Tips membuat tulisan jadi menarik:
- Kumpulkan bahan tulisan yang lengkap
- Berikan informasi yang penting bagi pembaca
- Sajikan informasi baru yang belum pernah ada sebelumnya
- Buat judul yang memikat
- Gunakan bahasa yang enak dibaca
- Lengkapi tulisan dengan video dan foto.