Ahad 14 Mar 2021 00:55 WIB

2020, PTBA Kantongi Laba Rp 2,4 Triliun

Selain pandemi, laba PTBA juga terdampak oleh penurunan harga batu bara.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Friska Yolandha
Perusahaan batu bara pelat merah, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) 2020 mengantongi laba sebesar Rp 2,4 triliun.
Perusahaan batu bara pelat merah, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) 2020 mengantongi laba sebesar Rp 2,4 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan batu bara pelat merah, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) 2020 mengantongi laba sebesar Rp 2,4 triliun. Laba ini didapat perusahaan dari pendapatan yang berhasil diraih sebesar Rp 17,3 triliun.

Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin menjelaskan pendapatan 2020 lebih rendah dibandingkan 2019 yang sebesar Rp 21,78 triliun. Penurunan pendapatan ini juga berpengaruh pada penurunan laba. Tercatat laba perusahaan di 2019 mencapai Rp 4,05 triliun.

"Kinerja PTBA sepanjang 2020 terdampak oleh pandemi Covid-19 yang menyebabkan penurunan konsumsi energi akibat diberlakukannya lockdown di beberapa negara tujuan ekspor seperti China dan India. Begitu juga dengan kondisi di dalam negeri yang menjadi pasar mayoritas PTBA," ujar Arviyan dalam konferensi pers, Jumat (12/3).

Arviyan menjelaskan selain menurunnya demand baik domestik maupun ekspor, penurunan pendapatan dan laba di tahun lalu juga karena adanya tren penurunan harga batu bara.

"Acuan HBA mengalami fluktuasi 65,9 di awal tahun ke 50 dolar AS ke akhir tahun. Jadi turunnya lumayan. Rerata HBA selama 2020 kemarin rata-rata HBA itu terendah selama 4 tahun terakhir," ujar Arviyan.

Arviyan juga merinci beban umum dan administrasi juga mengalami penurunan dari Rp 1,93 triliun menjadi Rp 1,43 triliun dan beban penjualan dan pemasaran turun dari Rp 828,67 miliar menjadi Rp 692,32 miliar. Sementara biaya keuangan meningkat dari Rp 127,67 miliar menjadi Rp 132,51 miliar.

Dari perolehan laba tersebut, laba per saham menurun 42,58 persen dari Rp 371 di 2019 menjadi Rp 213 di 2020. Untuk total aset, Bukit Asam mencatat jumlah aset perseroan per 31 Desember 2020 sebesar Rp 24,05 triliun. Jumlah itu turun dibandingkan posisi aset pada 31 Desember 2019 yang tercatat Rp 26,09 triliun. 

Arviyan menjelaskan untuk bisa bertahan perusahaan memang perlu melakukan langkah efisiensi. Ia mengatakan efisiensi dilakukan perusahaan baik dari sisi operasional maupun sisi produksi.

"Beberapa strategi efisiensi yang telah dilakukan PTBA di segala lini adalah dengan terus melakukan upaya penurunan biaya usaha dan pengendalian biaya pokok produksi melalui penerapan optimalisasi di setiap lini operasi," ujar Arviyan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement