Jumat 12 Mar 2021 21:50 WIB

Pemerintah Antisipasi Stunting Naik Selama Pandemi

Pemerintah tidak hanya fokus pada upaya penanganan Covid-19 di masa pandemi ini.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Mas Alamil Huda
Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy (kanan) berdialog dengan kader Posyandu dan PKK saat meninjau pelaksanaan program pemberantasan gizi buruk di Cilegon, Banten, Jumat (12/3). Menurut Muhadjir Effendy, program pemberantasan gizi buruk di masa pandemi harus tetap berjalan untuk membantu warga yang terdampak sekaligus untuk merealisasikan target penurunan angka gizi buruk di Indonesia dari 27,5 persen tahun 2019 menjadi 14 persen pada tahun 2024.
Foto: ANTARA/Asep Fathulrahman
Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy (kanan) berdialog dengan kader Posyandu dan PKK saat meninjau pelaksanaan program pemberantasan gizi buruk di Cilegon, Banten, Jumat (12/3). Menurut Muhadjir Effendy, program pemberantasan gizi buruk di masa pandemi harus tetap berjalan untuk membantu warga yang terdampak sekaligus untuk merealisasikan target penurunan angka gizi buruk di Indonesia dari 27,5 persen tahun 2019 menjadi 14 persen pada tahun 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyatakan, pemerintah tidak hanya fokus pada upaya penanganan Covid-19. Pemerintah juga menyiapkan langkah antisipasi angka bayi bertubuh pendek (stunting) yang diperkirakan naik saat pandemi.

"Dengan adanya wabah Covid-19 ini, stunting diperkirakan naik. Karena itu kita tidak boleh terlalu fokus terhadap penanganan Covid-19 dan mengabaikan kesehatan dasar, termasuk stunting, Tb (tuberkulosis), kemudian penyakit menular yang lain seperti HIV," katanya saat kunjungan kerja di Kota Cilegon, Banten, seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Jumat (12/3).

Muhadjir mengatakan, pemerintah akan lebih fokus menyeimbangkan antara penanganan Covid-19 dan pelayanan dasar kesehatan. Hal itu tentu dengan melibatkan kerja sama semua pemangku kepentingan baik di pusat maupun daerah.

Sebagai contoh, penanganan stunting di Kelurahan Masigit, Jombang, Cilegon. Dari 331 angka kelahiran, saat ini tiga bayi mengalami stunting atau dengan kata lain relatif rendah dibandingkan angka rata-rata stunting secara nasional.

Muhadjir menilai, capaian ini adalah suatu prestasi yang luar biasa dan bisa dicontoh untuk daerah yang lain. Perlu juga dipahami, kata dia, stunting itu domainnya lebih berat ke pembangunan keluarga, bukan ke kesehatan. 

"Karena itu masalah penanganan gizi, penyuluhan dan bimbingan pengantin itu menjadi fokus utama kami untuk mencegah stunting," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement