Jumat 12 Mar 2021 16:13 WIB

Universitas BSI  Bangun Literasi Digital

Literasi digital perlu untuk tingkatkan kemampuan kritis, kreatif dan inovatif.

Unit Perpustakaan Universitas BSI menggelar webinar tentang upaya membangun literasi digital untuk tingkatkan eksistensi perpustakaan di masa pandemi.
Foto: Dok UBSI
Unit Perpustakaan Universitas BSI menggelar webinar tentang upaya membangun literasi digital untuk tingkatkan eksistensi perpustakaan di masa pandemi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Unit Perpustakaan Universitas BSI sukses melangsungkan webinar bertajuk ‘Membangun Literasi Digital Dalam Meningkatkan Eksistensi Perpustakaan di masa Pandemi. Webinar itu menghadirkan Aryo Adi Prakoso, ketua Aptusi kota Semarang dan dosen Politeknik Baja Tegal, juga Supriyatna seorang pustakawan dan Duta Baca Jawa Barat 2019.

Webinar dipandu oleh Yayi Wuryanti. Pelaksanaannya Selasa (9/3), berlangsung secara daring melalui zoom cloud meetings pukul 09.00-11.00 WIB. Kegiatan diawali dengan sambutan dari Wakil Rektor I Bidang Non Akademik, Suharyanto.

Menurut Suharyanto, tantangan besar untuk generasi sekarang yakni perlunya gerakan literasi digital untuk meningkatkan kemampuan kritis, kreatif dan inovatif dalam penggunaan literasi digital.

“Tantangan besar bagi generasi muda dengan banyaknya informasi yang tidak semua informasi itu bernilai positif bahkan banyak juga berita hoaks yang berseliweran di dunia maya. Karenanya, diperlukan sebuah gerakan literasi digital untuk meningkatkan kemampuan yang kritis dan kreatif dalam penggunaan literasi digital,” kata Suharyanto dalam rilis yang diterima Republika.co.id.

Menurutnya, kampus Universitas BSI mendukung secara penuh gerakan literasi digital karena hal ini termasuk bagian Tri Dharma perguruan tinggi tinggi.

Aryo Adi Prakoso mengemukakan,  informasi yang beredar di internet saat ini tidak semua bersifat positif. Karenanya, diperlukan media informasi yang akurat untuk memperoleh informasi, seperti perpustakaan.

"Perpustakaan menjadi tempat yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan kebenaran informasinya ketika mencari sumber referensi dalam literasi,” kata Aryo.

Ia mengatakan, beberapa cara yang dapat dilakukan oleh perputakaan untuk tetap eksis dalam menyediakan informasi kepada pembacanya yakni melakukan trasformasi ke perpustakaan hibrida, yakni penggabungan perpustakaan konvensional dan perpustakaan digital, seperti yang ada di perpustakaan perguruan tinggi.

“Website perpustakaan perguruan tinggi menjadi media yang sangat akurat dalam mendapatkan informasi tanpa harus datang langsung ke perpustakaan,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama Supriyatna menyampaikan, saat ini pencarian informasi dapat dilakukan di mana saja melalui media internet. Meskipun,  saat ini terjadi ledakan informasi yang sangat besar dan dapat menimbulkan hoaks. Terkait hal itu,  kemampuan literasi digital menjadi sangat penting untuk memfilter informasi yang ada di internet.

“Literasi digital merupakan cara memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk yang sangat luas dari berbagai sumber piranti komputer,” tandasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement